13 Kunci Kebahagiaan Menurut Perspektif Islam



1.Iman kepada Allah dan beramal shaleh. 

Allah berfirman:
 "Siapa saja yang beramal kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia dalam keadaan beriman maka Aku akan hidupkan mereka dalam kehidupan yang baik." (An Nahl: 97)

 "Siapa saja beriman kepada Allah dan hari Akhir serta beramal shaleh mereka tidak pernah takut dan tidak pernah bersedih." (Al Maidah : 69).

Abu Yahya Shuhaib bin Sinan Ra. meriwayatkan, Rasulullah Saw. bersabda: "Sungguh mengherankan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya segala urusannya baginya memberikan kebaikan, hal ini tidak dimiliki oleh seorangpun melainkan oleh seorang mukmin. Bila mendapatkan harta atau kesuksesan selalu bersyukur maka jadilah itu kebaikan baginya dan bila mendapatkan kesengsaraan dia selalu bersabar dan itupun menjadikan kebaikan baginya." (HR. Muslim) 

Pengaruh iman dalam kehidupan sangat nyata sekali. Ketika diinterograsi di Damaskus dengan berbagai bentuk penyiksaan yang keji, Ibnu Taimiyah Rahimahullah malah mengatakan: "Apa yang diperbuat musuh-musuhku itulah surgaku,penjara bagiku adalah tempatku menyepi dan penyiksaan terhadapku itulah syahadahku (syahidku), sedang pengusiran terhadapku itulah tamasyaku." Ucapan ini tentu tak akan keluar kecuali dari seorang yang benar-benar telah menghunjam kuat imannya di dalam dada. 

     
2.Beriman kepada Qadha dan Qadar 

Qadha dan qadar, baik buruknya semua adalah datang dari Allah. Ketahuilah, bila ada musibah menimpa  dirimu maka itu bukanlah karena kesalahanmu, dengan kata lain, kesalahan yang kamu lakukan tidak mesti menyebabkan musibah bagimu di dunia. Karena semua telah ada dalam ketentuan Allah Ta'ala. Ridha dengan bagian rezki dari Allah dan menerima berbagai kemungkinan yang bakal ditimpakan Allah padanya. Maka, siapa saja yang tidak beriman kepada qadha dan qadar dia pasti hancur. 

Sebagai contoh karena keimanan kepada qadha dan qadar adalah kisah Urwab bin Zubair. Kaki beliau terkena penyakit kanker sehingga harus diamputasi (dipotong). Keadaan itu beliau terima dengan tabah. Ketika dokter menyarankan agar beliau minum khamar agar mengurangi rasa sakit saat diamputasi beliau menolak. Beliau berkata, aku tunjukkan cara lain, yakni tatkala aku sedang shalat maka kerjakanlah apa yang anda inginkan, karena hati, tatkala sedang bergantung kepada Allah maka tidak akan merasa dengan apa yang sedang mengenai dirinya. Benar, tatkala urwah sedang bertakbir dan shalat, operasipun dilakukan, beliau tidak bergerak sedikitpun dan amputasi itu pun berhasil dengan baik." Allahu Akbar". Itulah buah iman yang sungguh-sungguh kepada qadha dan qadar.

"Dan tidak akan diberikan sifat itu kecuali kepada oarang-orang yang sabar dan tidak diberikan melainkan kepada orang yang mempunyai kebahagiaan." (Fushilat: 35) 


3.Faham Ilmu Syariat 

Para ulama yang mengenal Allah, merekalah orang-orang yang berbahagia. Mereka tidak memikirkan kecuali tentang berbagai ilmu yang diberikan Allah padanya. Adalah Abu Al hasan Az Zahid, karena keberaniannya menentang penguasa zhalim Mesir di masanya, Ahmad Toulun maka ia dimasukkan ke dalam kerangkeng singa. Seketika, singa yang lapar itu meraung dan mendekat. Abu Al Hasan tetap tenang duduk, tidak bergerak dan tidak mempedulikan. Orang-orang yang menyaksikan sudah tampak tegang. Ada yang ketakutan karena pemandangan yang amat mengerikan bahkan ada yang sampai menangis. Singa itu maju mundur mendekatinya, kadang meraung lalu diam. Sesudah itu, ia mengangguk-anggukkan kepalanya, mendekat kepada Abul Hasan lalu menciumnya dan pergi tanpa berbuat apa-apa. Orang-orangpun spontan berteriak dengan takbir dan tahlil. Apa yang lebih hebat dari itu? tatkala Ibnu Toulon bertanya kepada Abu Al Hasan tentang apa yang ada di dalam benaknya ketika itu ia menjawab: "Aku berfikir tentang air liur singa tersebut, seandainya mengenaiku. Apakah najis atau tidak?" Apa kamu tidak takut kepada singa?, tanya Ibnu Toulon. “Tidak, karena sesungguhnya Allah melindungiku." Inilah kebahagiaan yang nyata, yang dihasilkan oleh iman dan ilmu yang bermanfaat.Inilah kelapangan yang selalu diburu oleh setiap manusia. 


4.Banyak Dzikir dan membaca Al Qur'an 

Allah berfirman:
"Ketahuilah dengan dzikir kepada Allah akan tenanglah hati." (Ar Ra'd: 28).

 Orang yang selalu dzikir dan ingat kepada Allah akan bahagia dan tenang hatinya. Sedangkan orang yang berpaling dari ingat kepada Allah maka ia akan hidup dalam kesusahan dan kesedihan.
"Dan siapa saja yang berpaling dari ingat kepada Tuhan (Allah) yang Pemuarah niscaya kami tentukan bagtinya setan maka jadilah ia teman yang tidak terpisah baginya." (Az Zukhruf: 36)

"Dan siapa saja yang berpaling dari dzikir (ingat) kepada Aku maka adalah baginya penghidupan yang sempti dan kami akan kumpulkan dia pada hari Kiamat dalam keadaan buta." (Thaha: 124)

"Maka kecelakaan bagi mereka yang beku hatinya dari mengingat Allah Mereka itu dalam kesesatan yang nyata." (Az Zumar: 220)


5.Dalam Al Qur'an banyak ditemukan ayat-ayat yang membicarakan kedudukan hati yang lapang, di antaranya: 

"Tuhanku, lapangkanlahn dadaku." (Thaha: 25)

"Siapa saja yang Allah menghendaki akan memberikan padanya hidayah, niscaya Allah akan lapangkan dadanya untuk menerim islam." (Al An'am: 125)
"Maka apakah yang Allah lapangkan dadanya untuk memeluk islam yaitu orang yang berjalan atas nur dari Tuhannya sama dengan yang beku hatinya?"

Kelapangan dada dan mencarinya termasuk tanda-tanda kebahagiaan dan sifart orang-orang yang berbahagia. 


6.Berbuat Baik kepada Manusia 

Ini adalah fakta. Orang yang suka berbuat baik kepada manusia dialah orang yang paling berbahagia, serta yang paling diterima hidupnya di atas bumi. 


7.Memandang urusan dunia lebih rendah daripada urusan Akherat. 

Dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda: "Lihatlah orang-orang yang di bawah kamu dan janganlah kamu melihat kepada orang yang lebih tinggi darai kamu. Maka hal itu akan lebih pasti untuk meremehkan nikmat Allah." (HR. Muslim). Ini adalah dalam urusan keduniaan, karena bila kita ingat ada orang yang lebih rendah dari kita maka 

kita akan mengetahui betapa besar nikmat Allah yang diberikan kepada kita. Adapun dalam urusan akherat, maka hendaknya kita melihat kepada orang-orang yang lebih tinggi dari kita, agar kita sadar akan kelemahan dan kekutangan kita. Jangan kita melihat orang yang hancur dan sebab-sebab kehancurannya, tetapi lihatlah orang yang selamat, dan bagaimana keselamatan itu diraih. 


8.Tidak tamak dunia dan selalu siap mati. 

Syaikh Abdurrhaman As Sa'di rahimahullah pernah berkata: "Hidup itu pendek, oleh karena itu janganlah dipendekkan lagi dengan lamunan dan perbuatan dosa." Benar, bahwa hidup ini sangatlah pendek, oleh karena itu kita harus tidak menemabah kependekan itu ini dengan kebencian, angan-angan yang jahat dan perbuatan dosa. 


9.Yakin kebahagiaan hakiki bagi seorang mukmin adalah di akherat, walaupun di dunia tidak bahagia.

Allah berfirman: "Adapun orang-orang yang berbahagia maka dalam SurgaKu lah mereka, keadaan mereka kekal padanya selama langit dan bumi dikehendaki oleh Tuhanmu sebagai suatu pemberian yang tidak putus." (Hud: 108).

Rasul Saw. bersabda: "Dunia ini penjara bagi mukmin dan Surga bagi orang kafir." Tentanng hadits ini ada kisah menarik dari Ibnu Hajar Al Asqalani. Suatu ketika beliau yang tampak berseri-seri dicegat oleh seorang Yahudi yang sedang dilanda kesedihan hebat. Orang Yahudi itu bertanya: "Bagimana anda menafsirkan ucapan Rasul Saw. "Dunia ini penjara bagi orang mukmin dan Surga bagi orang kafir? Kini anda tahu, aku dalam keadaan sedih, sedangkan aku kafir dan anda dalam keadaan bahagia, sedangkan anda mukmin?". Ibnu Hajar menjawab: "Anda dengan kesedihan dan kemiskinan termasuk berada dalam Surga dibandingkan akheratmu yang penuh dengan siksa yang pedih (kalau kamu nanti mati dalam keadaan kafir). Sedangkan aku (seandainya Allah memasukkan aku ke dalam Surga) maka dengan kesenangan dunia ini termasuk penjara dibandingkan dengan kenikmatan yang sedang menungguku di Surga." Orang Yahudi itu menjawab: "Apakah demikian?" Ibnu Hajar menjawab: "Ya." Maka orang itu pun menyatakan: "Aku bersaksi tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah." 


10.Bersabahat dengan Orang Shaleh 

Pengaruh kawan sungguh sangat besar. Karena itu Nabi Saw. bersabda: "Perumpamaan teman yang baik dengan teman yang buruk adalah laksana pembawa minyak dan pekerja pandai besi. (Muttafaq Alaih) 


11.Yakin perbuatan jahat orang lain akan menjadi kebaikan bagi dirinya maka maafkanlah dia. 

Ibrahim Ataimi berkata: "Sesungguhnya ada seorang laki-laki mendzhalimiku maka aku mengasihinya."

Diriwayatkan ada beberapa ulama dan juga banyak orang yang berbuat jahat kepada Ibnu Taimiyah, sehingga beliau dipenjarakan di iskandariyah. Setelah keluar dari penjara ada yang bertanya, adakah kamu ingin membalas orang yang berbuat jahat padamu? Beliau menjawab, aku bebaskan siapa saja yang telah berbuat zhalim kepadaku dan aku maafkan. Ibnu Taimiyah telah membebaskan semuanya karena beliau tahu hal itu akan membuatnya bahagia di dunia dan akherat. Seorang salaf mendengar ada seorang yang ghibah atas dirinya. Maka orang salaf tadi memilih suatu hadiah yang menarik. Pergilah ia kepada orang yang berbuat ghibah itu dan diberikannya hadiah tadi. Ketika ditanya tentang sebab pemberian hadiah itu, ia menjawab, Rasulullah Saw. bersabda: "Siapa saja yang berbuat kebajikan atasmu maka berilah dia imbalan. Sesungguhnya anda telah memberikan hadiah kepadaku dari kebajikanmu sedangkan aku tidak punya kebajikan yang dapat aku berikan padamu kecuali kebaikan dunia. " Maha Suci Allah. 


12.Berbicara baik, hapuslah perbuatan buruk dengan berbuat kebajikan.

 "Dan tidak sama antara kebajikan dan keburukan. Tolaklah keburukan itu dengan sesuatu yang lebih baik."

Coba renungkan wahai saudaraku, pengarahan Tuhan yang agung kepada aorang yang beriman:

"Dan tatkala mereka lewat di hadapan permainan dia lewat dengan penuh kemuliaan." (Al Furqan: 72) 


13.Selalu Kembali kepada Allah dan Berdo'a kepadaNya 
       
Rasul Saw. telah meneladankan semua itu di antaranya beliau berdo'a: "Ya Allah perbaikilah aku dalam beragama karena dengan agama itu menjadi ishmah bagi segala urusanku, perbaikilah pula duniaku yang 
merupakan penghidupanku. Perbaiki pula akheratku yang akan menjadi tempat kembaliku, jadikanlah hidup ini tambahan bagiku dengan berbagai kebaikan serta jadikanlah kematianku sebagai tempat istirahatku dari segala keburukan." (HR. Muslim, 17/40).

Beliau juga senantiasa berdo'a: "Ya Allah rahmatMu aku harapkan. Janganlah Engkau tanggungkan (kehidupan ini) kepada diriku sendiri, meski hanya sejenak, dan perbaikilah seluruh keadaanku semuanya, tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau." 

Mudah-mudahan kita mendapat kebahagiaan yang sesungguhnya, bukan angan-angan juga bukan sekedar pembicaraan. Dan kepada Allah lah segala urusan kita kembalikan.

Wallahu A'lam bishowab J

With Love,


|DeeA-Naa|

Feminisme. Kebaikan atau Jahiliyyah ??



Tidak sedikit perempuan kita suka berkelit, menghindari peran dan kewajiban dasar yang dianggapnya sebagai masalah yang melilit. Yang gadis ingin selalu bebas dinamis, buntutnya malas untuk menjadi seorang istri. Giliran jadi istripun tak berhenti bikin sensasi, phobi untuk punya anak. Kalaupun terpaksa punya, cukup terpeleset sekali saja, katanya. Pun tidak mau memberikan ASInya, padahal bagi anak itulah yang paling baik dan enak.
Fenomena itu kini menyeruak di masyarakat bumi, tidak ketinggalan yang disebut nusantara ini. Dalam kehidupan dunia yang semakin global, perang tidak sekedar dengan rudal apalagi dengan pedang. Lewat media massa penjajahan tidak lagi kasat mata. Penjajah yang dijajah bisa satu asa dan satu rasa, sama-sama bangga. Penjajahan budaya, mengalir bersama kucuran dana. Feminisme, salah satu namanya.
Feminisme dijual dengan kemasan perjuangan perempuan, pembebasan wanita. Muncullah jargon  keseteraan gender. Perempuan dan laki-laki tidak beda sama sekali, kecuali pada fungsi reproduksi. Dianggap wajar bila menolak menggunakan hak reproduksinya. Bayangkan jika dianut semua wanita negeri ini, bisa-bisa tingkat kelahiran bayi di negara ini bisa dihitung dengan jari.
Mereka membuat opini, seorang wanita yang rela sekedar jadi ibu rumah tangga berarti tidak punya harga. “Karena mau ditindas melakukan pekerjaan hina,” suara kaum feminis membahana. Mereka seolah telah berjuang untuk wanita, peduli akan nasib golongan putri. Sehingga tak pelak lagi anak remaja kini termakan opini tadi. Ini yang mesti kita para keluarga muslim hadapi dengan bijaksana dan hati-hati.
Tidak bisa dipungkiri laki-laki dan wanita memang berbeda, ini sunnah ketetapan Sang Pencipta. Sempatkah kita memperhatikan jenis burung yang beraneka. Kakaktua paruhnya melengkung, karena makanannya biji-bijian, bukan kangkung. Si pelikan berkantung besar di bawah paruhnya untuk menyimpan ikan sebagai persediaan makanannya. Sang bangau berparuh amat panjang demi membantunnya memangsa ikan dalam air tanpa tenggelam. Subhanallah!
Begitu juga manusia, sejak berupa benih pun punya ciri yang tidak sama. Semakin dewasa kian banyak perbedaannya, tanpa dapat decegah dan dihindari. Otot laki-laki berkembang lebih kuat, organnya pun lebih berat. Bayi perempuan tumbuh dengan organ khas kewanitaan.
Tidak ada artinyakah perbedaan-perbedaan itu? Semua itu bukti adanya perbedaan esensial perempuan dan laki-laki. Dengan teliti dan sangat sempurna, Allah Subhanahu wa Ta’ala rancang bentuk fisik sesuai dengan tugas masing-masing di sepanjang kehidupannya. Jujur harus diakui, perbedaan peran, tugas serta spesifikasi antara dua jenis kelamin manusia sudah dibawa secara fitrah sejak lahir. Sungguh tidak masuk akal (bagi akal yang sehat dan logis) jika ada yang berkata tak ada pembagian tugas baku antara keduanya, seperti pendapat kaum feminis.

Pembagian peran dan tanggung jawab sosial membawa implikasi pada perbedaan dalam berbagai bidang lain yang terkait dengan kehidupan rumah tangga. Ini yang diperangi para feminis. Berarti feminisme melanggar sunnatullah.

Apapun kalau melanggar sunnatullah pasti berakibat pada pergeseran keseimbangan. Timpanglah kehidupan rumah tangga, kehidupan bermasyarakat dan seterusnya. Akhirnya timbul kekacauan.

Marilah disadari, kita –wanita dan pria- memang punya hak sebagai individu. Tapi ada yang tidak boleh dilupa, kita hidup di dunia ini punya misi. Kalau Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan laki-laki sebagai imam bagi keluarga begitu juga wanita punya misi sesuai kodratnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala pencipta kita, tentu Dia tahu apa yang terbaik bagi kita.

Pejuang di jalan-Nya akan selalu berhadapan dengan pejuang angkara murka. Marilah kita waspada, jangan jadikan keluarga kita korban feminisme radikal! Wallahu a’lam Bishshowab.

Salam,

DE-Naa


Aku Malu Membaca Suratmu



Sebelum kubaca SURAT DARIMU, aku sudah lebih dulu tahu seberapa banyak abjad akan menjamuku dengan air mata.

Lama tak jumpa pada bibir yang menggilai Asma Allah. Lama tak mendengar do’a-do’a yang kusemai ditelingamu, pun begitu denganmu. Lama sekali rasanya, aku seperti kehilangan diri. Melalui surat ini, izinkan aku kembali.

Aku yang gagal pada satu harap yang kubuat sendiri. Aku selalu ingat pada apa yang jadi keinginan kala itu, mbak. Saat Allah menyertai segala jejak dan Allah jadi satu tuju pada gerak. Aku masih selalu ingat itu. Saat antusiasme membangun jiwa dengan cinta restu yang baik darinya.

Mungkin aku yang tak sampai pada hatiku. Aku yang tergoda pada keelokan diriku sendiri. salah pada waktu. Dan sekarang, segalanya jadi begitu sulit kukendalikan. Betapa aku ingin mengulang hari, tapi cukup malu untuk berucap pada Tuhan. Apalagi padamu, mbak.

Aku terlalu duniawi. Kalah pada diri sendiri. semestinya aku paham, sebaik apapun lelaki tak akan luput melukai kecuali pada ijab yang terucap di janji suci. Ah, aku pikir waktu itu… aku tak seperti gadis lain, mbak.

Aku masih begitu mengingatnya. Segala tenang yang merambat pelan, berdiam dan merumah dihatiku, sebab aku dikelilingi wajah-wajah dengan aroma iman. Aku baru sadar, mbak. Cinta yang kupikir membuatku bahagia kemarin ternyata satu bab uji dari Tuhan. Dan aku merobek satu bab yang kutahu maksudnya sejak awal. Aku sengaja tak membaca setiap paragraph yang berjejer mengingatkan aku. Aku menulikan telingaku. Aku menutup segala celah yang bilang bahwa tak kan ada jenis cinta yang benar sebelum halal bagiku. Aku salah kaprah. Aku salah langkah dan tetap meneruskannya.

Sampai pada Allah sendiri yang membuka ruang kabar. Aku dibuat kalang kabut seperti tidak punya Tuhan. Berjam-jam menilik hati yang penuh gurat luka. Mengingat bagaimana Tuhan mengambil segala yang kurasa bahagia, bahkan aku sempat bertanya mengapa. Seharusnya aku bersujud tunduk dan begitu malu yah, mbak ?

Aku malu. Bahkan tak kuceritakan padamu apa yang terjadi. Aku tahu, kamu pasti mengetahui dengan sendirinya.

Sebenarnya ada lubang besar didadaku saat cinta tumbuh dan tak bisa kucegah. Saat aku mencintai hati yang sengaja Tuhan pertemukan disaat semestinya aku membentengi hatiku, ada yang memberontak. Hati kecilku bilang jangan. Tapi aku kalah pada cinta sesaat yang ia suguhkan. Dan segalanya terjadi begitu saja. Barangkali, Allah ingin melihat seberapa kuat kata-kataku. Dan hanya seperti daun kering yang tak sanggup bertahan di tangkainya. Maaf, mbak. Bisa kita mulai segalanya dari awal kembali?

Sudi kiranya kau ingatkan aku, boleh  kau tampar wajahku berkali-kali, jika ditengah-tengah aku lengah lagi. Kali ini, biar kutanggung segala yang sudah kadung jadi sesal tak berujung. Kuganti dengan iman yang lebih tinggi.

InsyaAllah mbak..


With Love,


########

Surat Dari Mbak 'Aisyah :)


Nduk tentu kamu tau bahwa cinta memang urusan hati, entah itu cintamu pada siapa, apakah pada dzat yang maha tinggi atau makhluk lemah seperti lelaki.

Sudah mbak bilang, sepertinya baru kemarin, bahwa yang benar mencintaimu tak akan merentas kebahagiaanmu, apalagi melukai hatimu.

Sepertinya juga baru kemarin mbak berbangga atasmu bahwa kamu tak akan lagi membagi hati untuk yang belum halal, ingat ? sudah jauh mbak memikirkan masa depan kita berdua untuk membersamai umat setelah hatimu berujar begitu, atau mungkin belum sampai hati engkau mengatakan itu hingga mbak kecewa begini?

Atau mungkin memang mbak yang salah membiarkanmu begitu terlena dengan seseorang yang memang semu ? tapi bukankah mbak sudah mengingatkanmu dan kamu bilang, “ah tidak seperti itu, dia berbeda”, apanya yang beda bila akhirnya terluka juga ?

Nduk, taukah kamu sampai sekarangpun saat kamu terluka begini mbak masih saja menyimpan kecewa padamu ? pada setiap cita-cita mbak yang sudah mbak taruh pada dirimu yang kamu runtuhkan begitu saja.

Berharap hatimu cepat sembuh, dan Allah selalu membersamaimu disetiap langkah dan nafas yang kamu hembuskan, ingatlah bahwa laki-laki baik itu untuk wanita baik dan wanita yang baik untuk laki-laki yang baik pula, bila dia meninggalkanmu berarti dia bukan yang terbaik untukmu.
Terakhir, pahamilah juga bahwa sesuatu yang baik itu pasti akan dipertemukan pada keadaan yang baik pula.


Dari mbakmu yang selalu berharap bisa membersamai ummat bersamamu :)