Satu.
Rindu. Cuma itu.
Kamu
tak perlu tau seberapa sering aku menyimpan rindu untukmu dan aku mulai gelisah
karena itu. Bagiku ini hanya soal waktu yang belum berpihak padaku. Belum
saatnya membagi resah berdua denganmu. Tak perlu risaukan aku, ini memang hanya
soal rindu.
Satu.
Rindu. Dan terus saja begitu.
Seperti
barisan kata yang sederhana untuk kamu baca, ini memang hanya sebab aku
merindukan apa yang sudah lama kutahan sendirian. Entah salah atau benar, aku
tetap saja merasa rindu itu kian hebat berakrobat. Sepertinya jadi ngilu waktu
aku hanya bisa berucap rindu pada hatiku tanpa bisa kamu dengar betapa melengkingnya
di telingaku.
Satu.
Rindu. Aku menunggumu.
Lama-lama
jadi siksa. Tapi tetap hanya bisa kutahan mati-matian. Sebab aku enggan mengganggumu.
Kecuali menunggu. Aku hanya bisa melihatmu dalam baying-bayang yang kuciptakan
sendiri. Siapa bilang menunggu itu membosankan ? Menunggumu akan selalu jadi
hal yang menyenangkan. Terkadang aku ingin menjemputmu, ah, aku ini siapa ?
Satu.
rindu. Jangan pernah meninggalkan aku.
Kamu
begitu hebat menyemat azmat dalam purnama. Bahkan dalam rindu yang sedikit
mengheningkan jiwa, kamu tetap jadi satu yang masih juga kurindu. Sudha berapa
kali kusebut satu kata itu, rindu dan rindu. Tapi tak kunjung habis rinduku,
malah semakin menyerbu. Kmau perlu tahu bahwa aku tetap selalu berusaha tangguh
tanpamu.
Satu.
Rindu. Menetaplah selamanya bersamaku.
Entah
seperti apa wujudmu. Yang jelas, aku mulai membutuhkanmu setiap satuan waktu
bergeser menjauhiku. Hanya kamu tak pernah tahu betapa sulitnya menahan ini
semua tanpamu. Dan kunamai kau dengan rindu; rasa yang entah bagaimana caranya
merangsuk makin dalam. Sebab diam-diam aku selalu menunggumu pulang kemari,
kepelukku.
Satu.
Rindu. Apa kau pun begitu ?
Lalu bisakah kau
jelaskan ?
Sebenarnya bagian mana yang bisa kurindukan darimu? Bahkan
menatapmu pun aku tak pernah. Bagian mana yang harus kurindukan darimu ? Bahkan
saling bertegur sapa pun tak pernah. Bagian mana lagi yang mesti kurindukan
darimu ? Padahal kita belum pernah bertemu…
Lalu, bagaimana bisa rindu begitu kuat menggema di degup
jantungku ? Bagaimana mungkin rindu begitu luas menyebarkan diri? Bisakah kau
jelaskan ? Sebab apa aku merindumu. Padahal kamu hanya hidup dari kotak
khayalku. Dan aku bertahan dari bayang-bayangmu. Bisakah kau jelaskan ??
The Anthology of Love
Salam,
Ute Hime K.
No comments :
Post a Comment