Bukan.
Ini bukan puisi atau prosa yang bernilai sastra. Hanya sebuah rangkaian kata,
biasa saja. Yang aku persembahkan hanya untuk kita. Dan aku mau, kau menikmati
setiap lariknya, melumat setiap katanya, mengeja setiap hurufnya. Kau tau
mengapa ?? Karena didalamnya terkandung suatu makna yang kan kau dapat bila
memahaminya dengan rasa.
Sebab bahasa jiwa hanya bisa dicerna oleh rasa, bukan mata atau
telinga. Dimengerti oleh hati, bukan tangan atau kaki.
***
Ini adalah tentang kita… Kamu, Aku, Kita …
***
Yaah,.
aku sedang berbicara tentang kita. Tentang kita yang diberi jatah usia entah
sampai bila. Dan aku yakin bukan untuk waktu yang lama. Tapi sayang, sedikit
sekali kita yang menyadarinya. Ternyata, fatamorgana dunia begitu memperdaya,
membuai memanja.
“….Kehidupan dunia itu
tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
( Qs. ‘Ali Imran : 185 )
( Qs. ‘Ali Imran : 185 )
Kau kira aku sedang berbicara tentang
apa ? Cinta ?
Bukan.
Aku sedang berbicara tentang kita. Yang saat ini masih bernyawa. Bisa bicara,
tertawa, menikmati dunia. Dan barangkali sebentar lagi tiada. Hanya menyisakan
sebuah nama dan sebingkai cerita. Wallahua’lam.
“Mereka bergembira dengan
kehidupan dunia, padahal kehidupan dunia hanyalah kesenangan ( yang sedikit )
disbanding kehidupan akhirat.” ( Qs. Ar-Ra’d
13 : 26 )
Kau kira aku sedang berbicara tentang
apa ? Cinta ??
Tidak.
Ini adalah tentang kita yang habis dimakan waktu. Tentang kita yang tak pernah
mau tau, atau yang pura-pura tidak tau. Bahwa waktu bergerak maju. Ianya tak
akan mungkin berhenti dan menunggu hanya untuk seorang aku atau kamu.
Waktu. Mungkin aku baru ‘kan menyesali semua tentangmu, setelah
kau berlalu jauh. Tak sanggup kuraih dan kurengkuh.
Kau kira aku sedang berbicara tentang
apa ? Cintaa ???
Bukan.
Ini adalah tentang kita yang akan habis. Selesai. Berhenti. Entah pada detik
keberapa. Sedetik dua detik setelah ini, bisa saja. Esok atau lusa, mungkin
saja. Kematian tak mengenal usia. Kau masih belia, sedang muda atau sudah tua.
Tak mau tau kau sedang apa dan dimana, terlelap atau terjaga, disini atau
disana. Tak peduli kau sudah siap sedia atau masih siaga. Maka, Wapadalah !!
“…Dimanapun kamu
berada, kematian akan mendapatimu, kendatipun kamu berada didalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” ( Qs. An-Nisaa’
: 78 )
“…Sesungguhnya kematian
yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemuimu.” ( Qs. Al-Jumu’ah : 8 )
Kau kira sedari tadi aku berbicara
tentang apa ?? Cintaa ???
Tidak.
Ini adalah tentang kita yang selalu melupakan perihal kematian. Padahal tidak
sedikitpun kematian lupa mengingat kita. Apakah kau mengira bahwa ianya tak
akan mungkin menghampirimu dengan tiba-tiba. Melainkan datang dulu padamu dan
memberimu aba-aba. Satu Dua atau tiga. Baru kau kan siap sedia dan
berjaga-jaga. Ada-ada saja…
“Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling baik
persiapannya untuk kehidupan setelah mati, mereka itulah orang-orang yang
cerdas. ( HR. Ibnu Majah No 4259, dihasankan
Asy-Syaikh Al-Albani rahimatullahu dalam Ash-Shahihah No 1384 )
***
Kematian bukan harga pasar, yang bisa kau tawar.
“Tiap-tiap umat
mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya, mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaatpun, dan tidak pula dapat memajukannya.” ( Qs. Al-A’raf : 34 )
Ada yang sering terlupa. Kita terlalu sibuk belajar memahami
teori demi prestasi. Tapi lupa belajar memaknai hidup yang menjadi bekal untuk
mati.
“Maka, apakah kamu
mengira bahwa Kami menciptakan kamu main-main ( tanpa ada maksud ) dan bahwa
kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami ??” (
Qs. Al-Mu’minuun : 115 )
Deras arus dunia menghanyutkan yang terlena. Indah fatamorgana
melalaikan menipu daya. Dikejar dicintai bak bayangan tak bertepi. Tiada
sukarnya dunia yang dicari.
“…Mereka itulah
orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan ( kehidupan ) akhirat ….” ( Qs. Al-Baqarah 2 : 86 )
Sesungguhnya segala yang bermula itu akan berakhir. Setiap yang
kuat itu memiliki kelemahan. Dan setiap yang hidup pasti akan mati.
“Tiap-tiap yang berjiwa
akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan ( yang sebenar-benarnya ). dan hanya kepada Kami kamu
dikembalikan.” ( Qs. Al-Anbiya
: 35 )
Ingatlah mati, niscaya kau akan memperoleh kelegaan. Dengan
mengingat mati akan pendeklah angan-angan.
“Cukuplah kematian sebagai sebaik-baik peringatan !!”
Ketika
aku menemukan kehidupan ( duniawi ) kutemukan bahwa akhir kehidupan adalahy
kematian. Namun ketika aku menemukan kematian, akupun menemukan kehidupan
abadi. Karena itu kita harus prihatin dengan kehidupan ( duniawi ) dan
bergembira dengan kematian. Kita hidup untuk mati dan mati untuk hidup.
Ada yang sering terlupa. Sadarilah, bahwa kematian tak menunggu
taubatmu.
“Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang
yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang
di antara mereka, (barulah) dia mengatakan: ?Sesungguhnya saya bertaubat
sekarang?” (QS. An-Nisaa [4]:
18).
“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba,
selama belum dalam sakaratul-maut?” (HR. Tirmidzi).
***
Senja masih sama,
mengurai warna jingga.
Dan aku masih saja mencintai lengkung yang memecah cakrawala.
Kita yang habis dimakan waktu,
-nanti-
tak kan bisa lagi saling bertemu dan silang rindu…
Dan aku masih saja mencintai lengkung yang memecah cakrawala.
Kita yang habis dimakan waktu,
-nanti-
tak kan bisa lagi saling bertemu dan silang rindu…
Salam,
Ute Hime K.
No comments :
Post a Comment