Tuan, Bermukimlah Disini; Dihatiku ..



Heran. Mengapa aku begitu betah menulis semua tentangmu ?
Meski ku tahu kau tak pernah mau membacaku lebih dalam.
Oh, Mungkin sebab kamu seperti deretan kata yang menyusun suatu baris.
Sekali kutulis; semakin tak pernah habis.
DE@Humaira

Kuharap kali ini kau bukan yang sedang berkelana. Singgah dimanapun kau suka, lalu pergi dan entah kemana. Hingga yang tersisa tinggal aku, memandangi kita yang terekam waktu. Tentu saja menyimpan pilu yang amat bertalu. Kumohon, yang seperti itu jangan kau lakukan padaku.

Tuan, berhentilah disini.. dikota ini. Jadikan aku pemberhentian terakhir kembaramu. Tempat kau melepas lelah setelah sekian lama melangkah. Kau letih bukan ? berbagilah denganku.. Aku siap menjadi rumah untuk kau melepas segala peluh dan keluh; tempat kau membuang segala kisah masa silam, segala luka yang pernah kau telan. Aku ingin menjadi ruang yang membuatmu merasa tenang dalam kedamaian; merasa nyaman yang sebelumnya tak pernah kau rasakan.

Untukmu;
Jangan jadikan aku tempat persinggahan, apalagi pelarian.
Tapi jadikanlah aku tempat pemberhentian;
terakhirmu Tuan..
DE@Humaira

Kamu tau, aku tak bisa menyelesaikan ini sendirian. Yang sebelumnya tak sengaja kumulai dengan perasaan. Terus terang, sebenarnya diam-diam ada sebungkus harapan yang terbingkis rapi disini; dihati yang tersembunyi. Tuan, mungkinkah kau bisa membuka tanpa merusaknya ?

Sesudah itu, lalu bermukimlah dibagian yang membuatku merasa tergenapi. Yang membuatmu tak mau berlama-lama pergi. Berhenti dan menetaplah disini.  Kita; Saling menyilang melengkapi.

Kamu tau tuan ? Ada yg tak bisa kusentuh kecuali dengan hatimu, yaitu hatiku dengan rasa-rasa yg mengitarinya. Meski aku sendiri terombang bimbang, ini cinta atau bukan ? Dan aku tak tau bagaimana caranya menghentikan yang tak mampu kukendalikan ? Rasa yang terlanjur menjalar; mengakar. Tuan, coba jawab, apa aku salah menempatkan perasaanku ? Jatuh cinta tidak tepat waktu ? dan padamu ??

Mendesak Tuhan untuk segera memberi tahu rencana terhebat-NYA.
Semoga kamulah jawaban dari segala do’a & pinta.
Semoga jingga itu; kamu, yang mengindahkan setiap senja.
DE@Humaira

*****

Hey tuan, mengapa kau masih saja bungkam ? Kamu seperti pura-pura tidak tahu, padahal kamu sengajakan tersenyum J didepanku. Apa memang ingin meliarkan lamunan ? Menjadikan perasaanku celotehan yang bisa kamu jadikan bacaan ? Kamu hanya membuatku makin larut dalam keadaan bimbang. Dan mencipta ilusi yang semakin terkembang. Menyisakan bayang setiap petang menjelang. Apa kamu sengaja menekanku dalam kegelisahan ?

Kita saling menularkan rasa.
Kita saling menggenapkan hampa.
Kita jujur, tapi saling menutupi.
Tanpa kau dan aku sadari, sebenarnya kita saling menyakiti.
DE@Humaira

Bukankah sudah pernah kupinta sebelumnya, kenalkan aku dengan masa lalu mu. Biarkan aku mempelajari segalamu. Lebur aku kedalam keseluruhanmu. Memahamimu tanpa melesat, hingga koma dan titik. Kemudian jadikan aku yang paling pas ditulangmu. Gampangkan ?

Dan bukankah juga sudah kukatakan sebelumnya ? Aku lelah jatuh cinta. Aku lelah mencintai yang salah. Aku lelah tak jua menemukan jemari yang pas di jariku. Aku lelah ditemukan oleh ia yang ternyata aku bukanlah rusuknya. Tuan, jadilah kau yang membuat semua lelahku berakhir. Kau lelah juga, bukan ? Tuan, berhentilah disiniii… lalu bermukimlah.!! ‘Kan kubayar lelahmu dengan kebahagiaan tanpa akhir. Mengukir lengkung yang menukik melewati batas pikir. Apa kau tak ingin tau bagaimana caraku menjamumu ? hidangan apa yang kan kusajikan nantinya untukmu? Kau bersediakan, tuan ?

Tuan, jadilah kau yang menggenapi keganjilanku.
Melengkapi kesendirianku. Menitikkan komaku.
Pun begitu; jadikan aku yang melengkapi bagianmu yang hilang;
rusukmu.
DE@Humaira
*****
Selalu kuralip namamu dalam bulir-bulir yang menjuntai bait-bait syair disepertiga malam terakhir. Tuan, apa ritual sakral yang kerap kukerjakan itu juga pernah kau lakukan ? Memintaku pada Tuhan. Seperti aku yang diam-diam selalu memintamu pada Tuhan. Dalam terang, saat hujan, setiap temaram; pun kala senja menjelang. Semoga kau dan aku jadi kita. Satumu; satuku jadi satu, dua-tiga-dan seterusnya,.

Sebab bukan tak mungkin, akulah; rusukmu yang kurang.
Siapa yang tahu rencana Tuhan, sedetik mendatang.
Benar begitu kan ?
DE@Humaira

Tuan, carilah waktu yang pas untuk mengajakku menjadi bagianmu yang hilang; rusukmu. Jadikan aku penggenap abjadmu yang kurang. Jadikan aku kepingan puzzle terakhir yang melengkapi hati dan hidupmu. Jadikan aku yang paling pas diruasmu. Pun begitu; jadilah kau yang menjinggakan senjaku, mengakhiri nantiku, mengunci seluruhku.


*********************************************************************************

Tuan, Izinkan aku mencuri sedikit hatimu. Biar bisa kupelajari setiap sudutnya.
Biar kutemukan ruang kosong yang bisa kutempati selamanya.
Bolehkan ?
DE@Humaira


DKalau jodoh harus diperjuangkan, aku ingin memperjuangkan kamu saja, cukup.E

Salam,

DE@Humaira




 DE181085-Maaf. Aku masih menunggu DkamuE memilih kekasih baru; dan berharap itu aku..
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

No comments :

Post a Comment