Kala Hati Rindu Menikah



Berawal dari note seorang ukhti shalihah yang bertemakan kerinduan hati akan sunnah yang indah ini... Duh, katanya sih nikah itu sesuatu banget. Laah, gimana ga sesuatu, yang dulunya dikecam jadi dipuji, yang dulunya haram jadi halal, yang dulunya lajang jadi sepasang, yang dulunya dulunyaa.. he..he J


Well, balik lagi ke niat awal menulis artikel ini, meski diri belum menggenapkan separuh Dien, izinkan untuk berbagi.. semoga ada manfaatnya, kalaupun nanti ada yang kurang berkenan dan salah mohon dimaafkan dan dibenarkan..
J


‘Ketika Hati Rindu Ingin Menikah’


"Innamal 'amalu binniyat – Setiap amal tergantung niatnya (HR. Bukhari wa Muslim)"  setiap amalan -termasuk nikah- berkualitas tidak nantinya dimulai dari niat. Sepakat ya?.. kalo penginnya asal nikah/asal laku/asal kagak mbujang biar ga malu sama temen-temen yang udah 'nyolong' start duluan ya kualitas keluarga yang dibentuk nantinya juga asal ada, asal jadi, asal-asalan. Na'udzubillahi min dzalik yaa Rabbana...


Tapi kalau
niatnya LILLAH -karena Allah semata-, kemudian caranya BILLAH -sesuai syari'atnya/seoptimal mungkin syar'i-  dengan visi ILALLAH -untuk Allah, mendapatkan ridhaNya- insya Allah, Barokah.. Barokah..! Aamiin Aamiin Aamiin… J


Akhwatifillah.. permasalahan kita bukan sekedar menikah, tapi mewujudkan pernikahan yang berkualitas dalam pandanganNya. Pernikahan yang barokah, pernikahan yang mengundang rahmat dan kasih sayangNya, pernikahan yang menjadikan tiap penghuni rumah shalih dan mushlih, pernikahan yang... ah antunna lebih tau dari ana
J


Tiada maksud menggurui sahabat.. bisa jadi antunna lebih faham dari ana, namun izinkan ana melanjutkan celoteh ini ya, he..he
J


Ada sesuatu yang menggelitik tatkala teringat pertanyaan pusaka "Kapan nikah ukhti?" -Bagi kami yang bujang eh gadis-gadis ini dink (duh, mungkin ana sendiri aja kali ya
J) pertanyaan tersebut menampar banget, ibarat makan keselek dan butuh jurus pemungkas lainnya, nyari air- akan sebuah ayat:
“kullu nafsin dzaaa iqotul maut -  tiap yang bernyawa pasti akan mati” (QS. Ali ‘Imran : 185).

Terkadang kita -lagi, mungkin ana sendiri J- 'mati-matian' mempersiapkan sebuah mahligai pernikahan tapi ga 'mati-matian' mempersiapkan kematian yang pasti. Iya, menikah itu mungkin tapi mati itu pasti. Pertanyaannya kenapa? Mari kita mengintip masing-masing hati mungil ini, mungkinkah kita terlalu hubbuddunya? Tidak.. Maksud ana bukan berarti melupakan sunnah yang penuh nikmat ini, tapi adakah kita juga khawatir sebagaimana khawatir menanti 'mitsaqon gholizho' yang satu ini..? antunna lebih faham, 'afwan... J


Akhwatifillah.. Siapakah yang tidak ingin separuh agamanya sempurna? Siapakah yang tak ingin bercanda mesra dengan pasangan yang telah dihalalkan padanya? Bahkan pandangan suami-istri yang penuh nafsu pun dipandang Allah dengan pandangan rahmat.. Senda-gurau jadi pahala.. Semua ingin, iya sekali lagi, semua ingin! Ana jadi ingin sekaliii
J hihii

uhuk..uhuk :P ehm
J


Tiap rezeki, ajal, nasib baik-buruk telah ditetapkan sejak kita dalam kandungan. Demikian pula jodoh. Siapa jodoh kita sudah ada, sudah dipasangkan. Perkaranya, kita menjemput rezeki -jodoh- tersebut dengan cara yang disukaiNya atau dilemparNya penuh murka? Jika ingin diberikan dengan cara yang lembut, penuh kasih dan belaian sayangNya maka
"fashbir shobron jamiilaa- Bersabarlah engkau, dengan sabar yang indah” (QS. Al Ma’arij : 5). Bersabarlah duhai sahabat, dengan sabar yang baik.. Bersabarlah dengan shalat.. Bersabarlah dengan berpuasa.. Karena kekuatan kita hanya datangnya dari Allah. J Allah-lah pemilik segala kekuatan.


Sahabatku,
"Laa tahzan, Innallaha ma’ana - Jangan bersedih, Allah bersama kita…(QS. At-Taubah ; 40)" Tinggal sejauh mana kita merasa Allah membersamai kita..? Ah, mungkin diri ini yang mesti belajar lebih dan bersuci hati, hingga nikmat dan sentuhan muraqabah selalu menyertai...


Mari kita jemput rezeki yang telah Allah tetapkan untuk kita dengan cara yang Allah sukai.. dengan cara yang Allah ridhai.. dengan cara yang cantik dalam pandangan Allah.. insyaAllah, barokah..barakah..!

Karena orientasi kita barokah! kebaikan yang kontiunitas.


Cukuplah Allah sebaik-baik tempat mengadu dan memohon segalanya..
Hayuuuk kita meminta kepada Allah apapun kriteria yang diinginkan, ga usah ragu dan malu, karena Allah Maha Tahu, he..he..
J (ingat buat targetan dalam liqoan, setinggi-tingginya, kalaupun ga nyampe yaa gag beda jauh dari yang ditargetan, insyaAllah) ^_^ J


Sebagai penutup, --lebih pada menunjuk diri pribadi-- :
Tingkatkan kualitas diri, perbaiki hubungan dengan Allah -Habluminallah- dan hubungan dengan manusia –Habluminannas- ,  seoptimal mungkin untuk menjadi makin cantik dalam pandanganNya, -insyaAllah- Allah pun akan menghadirkan pasangan yang berkualitas dan tampan dalam pandanganNya.. siapakah yang lebih mengetahui hati-hati tiap manusia? “Innahuu ‘aliimuum bidzaa tishshuduur—Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala isi hati (QS. Fatiir ; 38)”. Meningkatkan kualitas diri itu fokusnya bukan “dia” tetapi “saya”. Semakin saya berkualitas, yakin..yakin.. Allah akan menghadirkan hambaNya -entah dari bumi belahan mana- yang berkualitas sebagai pasangan kita. Aamiin.. Aamiin Yaa Robbal’alamiin J


"Fa idza ‘azzamta fatawakkal 'alallah – Apabila kamu telah berazam, bertawakkallah kepada Allah (Qs. Ali ‘Imran ; 159)" Kalau sudah berazzam maka bertawakallah kepada Allah. Dan, Sibukkan diri lejitkan potensi! Bisa aktif dalam aktifias dakwah (struktural maupun wajihah-wajihah yang ada) atau ikhtiar sambil menyiapkan ma'isyah, atau yang lainnya. Mari tetapkan target nanti mau jadi apa? fokus di mana? mungkin fokus menjadi ibu rumah tangga (madrasatul ummah). Jangan malu, jangan minder, itu peran mulia! Sukses sebagai Ibu Rumah Tangga, maka itu adalah kesuksesan terhebat. Karena bukan hal yang mudah mendedikasikan diri sebagai pelayan terbaik bagi suami, dan bukan hal yang mudah pula menjadi madrasah terbaik bagi jundi2 Allah. Secerdas dan setangkas apapun, keluarga lebih berhak mendapatkan manfaatnya! Kalaupun menjadi seorang profesional, jangan sungkan, itu juga peran mulia! Bermanfaat bagi sesama! “Khoirunnasi anfa’uhum linnas – Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesama (HR. Thabrani)”


Afwan minkum dan kepada Allah ana mohon ampun. wallahu a'lam bi shawab..
J

Salam,

|De@Humaira|

                                                                                                                                     |181085|

No comments :

Post a Comment