Aku
menghelanya. Merasakan angin menyelap tulangku. Menikmati angin yang menembus
ruas-ruas rusukku. Terus menghela dengan mata terpejam dalam lengkungan di
bibirku. Aku bisa merasakan urat-urat dalam bibirku seperti tertarik, tulang
rusuk yang naik dan turun, dan hati yang menemukan kebahagiaan yang begitu
sederhana. Kenikmatan yang jarang tersentuh selama ini, merasakan yang tak
perlu kucari. Yang diberikan secara Cuma-Cuma untuk makhluknya. UDARA.
Aku
memandanginya. Merasakan sesuatu yang runcing jatuh tepat dimataku. Mendesirkan
segala gundah yang makin merangah. Aku meliarkan pandangan, mencari-cari
pasangannya. Dimana bersembunyi; satuan yang lain. Tak bisa lepas menghitung
berapa banyak lapisannya mewarnai setiap gerak bolamata. Menggenapkan jingga
dengan senjanya. Analogi kebaikan yang selalu ada dibalik suatu keburukan.
Hanya kadang tak menampakkan dirinya. Seperti kegagalan yang selalu satu paket
dengan keberhasilan, atau selagu dengan kepedihan dengan tawanya. HUJAN DAN
PELANGI.
Aku
menyekanya. Mengusapnya dengan jemari yang makin terlihat rapuh dalam peluh
yang terus jatuh. Merasakan bahuku naik turun tanpa lelah. Tubuhku terguncang
semakin hebat, napas panjang bahkan tak bisa menghentikannya. Lalu aku
memeluknya, tersenyum untuk kesekian kalinya. Merasakan kedahsyatan nikmat
Tuhan. Yang selama ini dianggap symbol kelemahan, ternyata justru menjadi
penguat terakhir yang selalu membuatku bisa berdiri saat keadaan memaksaku
untuk terus jatuh. AIR MATA.
Aku
menggumam. Terus tanpa putus, aku berbincang dengan-Nya. Membicarakan banyak
hal yang tak bisa kuceritakan pada siapa saja. Aku memang tak pernah melihat,
tak bisa mendengar suara-suara menggema melalui telinga. Tapi aku selalu
menemukan sosok-Nya disetiap langkah dalam hentakan kakiku. Aku tak perlu
bertanya dimana Dia berada, dan aku tak pernah meragukan sedikitpun tentang
cinta-Nya. Yang setia terjaga untukku, yang merasakan kesedihan meski
disembunyikan ditempat paling dalam. Yang sering dilupakan sebab tak nampak
kasatmata, padahal justru yang paling nyata adanya. TUHAN.
Saat
bingung kemana mesti melangkah, kakiku melangkah kerumah-Nya. Saat tak tau lagi
meski berbicara pada siapa, aku becerita pada-Nya dalam do’a. Mungkin kalau
satu detik saja Dia menjauhkan jarak, aku hilang. Aku bisa saja berjalan
sendirian tanpa iringan, aku bisa saja merasakan tanpa suatu sentuhan. Tapi
siapa yang bisa bertahan tanpa bantuan Tuhan ??
Mungkin
kamu bilang, aku kalimat yang penuh bualan. Tapi bagiku berbicara tentang Tuhan
tak perlu catatan; tak butuh sanjungan. Tuhan itu penenang, merekatkan yang
lepas berjatuhan. Dia itu Maha Indah, tanpa perlu ku tau bentuk dan rupanya.
Dia-lah kunci yang membuka segala peluang untuk bersedih atau berbahagia. Untuk
kalah atau menang, untuk jatuh cinta atau terluka.
Berbahagialah
aku, sebab sering mendapat izin dari Tuhan untuk menjajal kekuatan melalui
ujian dan menjejal luka yang berujung pada ketenangan yang tiada akhiran.
Berbahagialah aku, sebab sering dijatuhkan untuk menjadi lebih kuat setiap
matahari menjelang siang. Berbahagialah aku, selalu diletakkan dalam keadaan
yang terkadang tak bisa kutaklukkan atau perasaan yang sering kutakutkan. Sebab
Tuhan memberi pengertian tentang kekuatan dan perjuangan. Kebahagiaan yang
tersemat dalam setiap penantian. Senyuman yang terletak diantara airmata. Dan
Tuhan menjawab segala keresahan.
Berbahagialah
kamu, meski sakit menghujam kejam dalam setiap kezhaliman yang datang.
Berbahagialah kamu yang mengenal Tuhan, dan datangilah Dia disetiap malam,
selagi bulan masih sempat menerangi legam. Bersujud dan menangislah dalam
dekapan Tuhan, berbahagialah karena Tuhan tak pernah membiarkan siapapun jatuh
sendirian.
Dia
hanya ingin kita tahu, bahwa yang dibutuhkan manusia hanyalah iman dan segala
cinta ditepiannya. Sebab kita hanya bagian terkecil dari satuan alam yang
kadang enggan menemukan kebahagiaan yang kadang Tuhan selipkan disela
kepahitan.
Jangan
pernah berhenti mengingat Tuhan, maka Tuhan akan mengerahkan segala kekuatan
untuk membuatmu bertahan dalam keadaan yang datang tanpa bisa diprediksikan. Jangan
pernah berhenti, mencari, melihat, dan temukan bahwa ternyata kebahagiaan yang
selama ini kamu cari sudah berada tepat dihadapanmu.
Sedalam
luka yang mampir kemari, sedalam itu pula aku harus berbahagia J
The Anthology Of Love
DE@Humaira
DE@Humaira
No comments :
Post a Comment