1. Takwa kepada Allah dan menjauhi maksiat
Bila engkau ingin kesengsaraan bersarang di rumahmu dan
bertunas, maka bermaksiatlah kepada Allah. Sesungguhnya kemaksiatan
menghancurkan negeri dan menggoncang kerajaan. Oleh karena itu jangan engkau
goncangkan rumahmu dengan berbuat maksiat kepada Allah.
Wahai hamba Allah..! jagalah Allah maka Dia akan menjagamu
beserta keluarga dan rumahmu. Sesungguhnya ketaatan akan mengumpulkan hati dan
mempersatukannya, sedangkan kemaksiatan akan mengoyak hati dan menceraiberaikan
keutuhannya.
Karena itulah, salah seorang wanita shalihah jika mendapatkan
sikap keras dan berpaling dari suaminya, ia berkata:Aku mohon ampun kepada
Allah! itu terjadi karena perbuatan tanganku (kesalahanku) Maka hati-hatilah
wahai saudariku muslimah dari berbuat maksiat, khususnya:
- Meninggalkan shalat atau mengakhirkannya atau menunaikannya
dengan cara yang tidak benar.
- Duduk di majlis ghibah dan namimah, berbuat riya dan sum’ah.
- Menjelekkan dan mengejek orang lain. Allah berfirman :”Wahai orang-orang yang briman
janganlah suatu kaum mengolok-olokkan kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka
(yang diolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang menolok-olokkan) dan
janganlah wanita-wanita (mengolok-olokkan) wanita lain (karena) boleh jadi
wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita yang
mengolok-olokkan(QS. Al Hujurat: 11).
- Keluar menuju pasar tanpa kepentingan yang sangat mendesak dan
tanpa didampingi mahram. Rasulullah bersabda: Negeri yang paling dicintai Allah
adalah masjid-masjidnya dan negeri yang paling dibenci Allah adalah
pasar-pasarnya (HR. Muslim).
- Mendidik anak dengan pendidikan barat atau menyerahkan
pendidikan anak kepada para pambantu dan pendidik-pendidik yang kafir.
- Meniru wanita-wanita kafir. Rasulullah bersabda: Siapa yang menyerupai suatu kaum maka
ia termasuk golongan mereka (HR. Imam Ahmad dan Abu Daud serta dishahihkan
Al-Albany).
- Membiarkan suami dalam kemaksiatannya.
- Tabarruj (pamer kecantikan) dan sufur (membuka wajah).
- Membiarkan sopir dan pembantu masuk ke dalam rumah tanpa
kepentingan yang mendesak.
2. Berupaya mengenal dan memahami suami
Hendaknya engkau berupaya memahami suamimu. Apa–apa yang ia
sukai, berusahalah memenuhinya dan apa-apa yang ia benci, berupayalah untuk
menjauhinya dengan catatan selama tidak dalam perkara maksiat kepada Allah
karena tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq
(Allah Azza Wajalla).
3. Ketaatan yang nyata kepada suami dan bergaul dengan
baik.
Sesungguhnya hak suami atas istrinya itu besar. Rasulullah
bersabda: Seandainya aku boleh memerintahkanku seseorang sujud
kepada orang lain niscaya aku perintahkan istri untuk sujud kepada suaminya
(HR. Imam Ahmad dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Al-Albany).
Hak suami yang pertama adalah ditaati dalam perkara yang bukan
maksiat kepada Allah dan baik dalam bergaul dengannya serta tidak
mendurhakainya. Rasulullah bersabda: Dua golongan yang shalatnya tidak
akan melewati kepalanya, yaitu budak yang lari dari tuannya hingga ia kembali
dan istri yang durhaka kepada suaminya hingga ia kembali (HR. Thabrani dan
Hakim, dishahihkan oleh Al-Albany).
Ketahuilah, engkau termasuk penduduk surga dengan izin Allah,
jika engkau bertakwa kepada Allah dan taat kepada suamimu. Dengan ketaatanmu
pada suami dan baiknya pergaulanmu terhadapnya, engkau akan menjdai sebaik-baik
wanita (dengan izin Allah).
4. Bersikap qanaah (merasa cukup)
Kami menginginkan wanita muslimah ridha dengan apa yang
diberikan untuknya baik itu sedikit ataupun banyak.
Maka janganlah ia menuntut di luar kesanggupan suaminya atau
meminta sesuatu yang tidak perlu. Renungkanlah wahai saudariku muslimah,
adabnya wanita salaf radhiallahu anhunna. Salah seorang dari mereka bila
suaminya hendak keluar rumah ia mewasiatkan satu wasiat kepadanya. Apakah itu??
Ia berkata pada suaminya: “Hati-hatilah
engkau wahai suamiku dari penghasilan yang haram, karena kami bisa bersabar
dari rasa lapar namun kami tidak bisa bersabar dari api neraka”
5. Baik dalam mengatur urusan rumah tangga, seperti
mendidik anak-anak dan tidak menyerahkannya pada pembantu, menjaga kebersihan
rumah dan menatanya dengan baik dan menyiapkan makan pada waktunya.
Termasuk pengaturan yang baik adalah istri membelanjakan harta
suaminya pada tempatnya (dengan baik), maka ia tidak berlebih-lebihan dalam
perhiasan dan alat-alat kecantikan.
6. Baik dalam bergaul dengan keluarga suami dan
kerabat-kerabatnya, khususnya dengan ibu suami sebagai orang yang paling dekat
dengannya.
Wajib bagimu untuk menampakkan kecintaan kepadanya, bersikap
lembut, menunjukkan rasa hormat, bersabar atas kekeliruannya dan engkau
melaksanakan semua perintahnya selama tidak bermaksiat kepada Allah semampumu.
7.Menyertai suami dalam perasaannya dan turut merasakan
duka cita dan kesedihannya.
Jika engkau ingin hidup dalam hati suamimu, maka sertailah ia
dalam duka cita dan kesedihannya. Renungkanlah wahai saudariku kedudukan Ummul
Mukminin, Khadijah radhiallahu’anha, dalam hati Rasulullah walaupun ia telah
meninggal dunia.. Kecintaan beliau kepada Khadijah tetap bersemi sepanjang
hidup beliau, kenangan bersama Khadijah tidak terkikis oleh panjangnya masa.
Bahkan terus mengenangnya dan bertutur tentang andilnya dalam ujian, kesulitan
dan musibah yang dihadapi. Seorangpun tidak akan lupa perkataannya yang masyur
sehingga menjadikan Rasulullah merasakan ketenangan setelah terguncang dan
merasa bahagia setelah bersedih hati ketika turun wahyu pada kali pertama: Demi Allah, Allah tidak akan menghinakanmu selamanya. Karena
sungguh engkau menyambung silaturahmi, menanggung orang lemah, menutup
kebutuhan orang yang tidak punya dan engkau menolong setiap upaya menegakkan
kebenaran.(HR. Mutafaq alaihi, Bukhary dan Muslim).
8. Bersyukur (berterima kasih) kepada suami atas
kebaikannya dan tidak melupakan keutamaannya.
Wahai istri yang mulia! Rasa terima kasih pada suami dapat kau
tunjukkan dengan senyuman manis di wajahmu yang menimbulkan kesan di hatinya,
hingga terasa ringan baginya kesulitan yang dijumpai dalam pekerjaannya. Atau
engkau ungkapkan dengan kata-kata cinta yang memikat yang dapat menyegarkan
kembali cintamu di hatinya. Atau memaafkan kesalahan dan kekurangannya dalam
menunaikan hak-hakmu dengan membandingkan lautan keutamaan dan kebaikannya
kepadamu.
9. Menyimpan rahasia suami dan menutupi kekurangannya
(aibnya).
Istri adalah tempat rahasia suami dan orang yang paling dekat
dengannya serta paling tahu kekhususannya. Bila menyebarkan rahasia merupakan
sifat yang tercela untuk dilakukan oleh siapapun, maka dari sisi istri lebih
besar dan lebih jelek lagi. Saudariku, simpanlah rahasia-rahasia suamimu,
tutuplah aibnya dan jangan engkau tampakkan kecuali karena maslahat yang syar’i
seperti mengadukan perbuatan dzalim kepada Hakim atau Mufti atau orang yang
engkau harapkan nasehatnya.
10. Kecerdasan dan kecerdikan serta berhati-hati dari
kesalahan.
Termasuk kesalahan adalah: Seorang istri menceritakan dan
menggambarkan kecantikan sebagian wanita yang dikenalnya kepada suaminya.
Padahal Rasulullah telah melarang hal itu dalam sabdanya: Janganlah seorang wanita
bergaul dengan wanita lain lalu mensifatkan wanita itu kepada suaminya sehingga
seakan-akan suaminya melihatnya (HR. Bukhary dalam An-Nikah).
Untuk para istri yang berhasrat menjadi penyejuk hati dan mata
suaminya. Semoga Allah memeliharamu dalam naungan kasih sayang dan rahmatNya.
Amin.
Wallahu a’lam bish showab…
arrahmah.com
Salam,
@Humaira
No comments :
Post a Comment