Dan
aku hadir bukan untuk menggelisahkan hatimu. Pun kau datang bukan untuk
menyakitiku, kan ? Untuk apa sebenarnya titik itu, yang kupijak tepat
dihadapanmu. Yang ternyata menjadi awal mula segala rasa. Dan aku tak pernah
mau mendalaminya. Tak pernah ingin memaknainya lebih teliti. Aku tak pernah
meminta kau membuka intuisi. Bisik kecil yang merambat ke segala arah, lalu
mendiami ruang-ruang hampa dihatiku.
Tapi
toh, nyatanya aku hanya bisa memandangi biasmu. Membaca namamu di lini waktuku,
dan mencoba mengingat-ingat wajahmu. Padahal disana, kau tak pernah mencoba
mengeja kembali abjad-abjad yang menyusun namaku. Meskipun kau dan aku masih
dalam satu gerak laju, bertemu diruang semu, tapi, aku tak pernah tau dengan
siapa lagi kau berbagi cerita; membagiku..
Jujur
saja, aku lelah jatuh cinta. Aku lelah mencintai yang salah. Aku lelah tak jua
menemukan jemari yang pas dijariku. Aku lelah ditemukan oleh ia yang ternyata
aku bukanlah rusuknya. Jadilah kau yang membuat semua lelahku berakhir. Jadilah
kau seseorang yang membuatku berhenti disitu, berhenti direngkuhmu.
Pun semisal –aku jatuh cinta lagi- lain waktu, itu hanya aku yang kembali
mencintaimu. Dan terus begitu sampai berakhir waktuku. Jadikan aku yang paling
pas ditulangmu. Sebab kecocokan hati tak pernah
bisa dipelajari, tapi dipahami.
Kau
melukis gradasi dalam hidupku, membelokkan cahayanya kemataku, membuatnya jadi
pelangi. Bersediakah kau… bersediakah menenangkan hatiku, berusaha memahamiku,
menyambut kepedihanku, membuat sedihku luruh sebab kau mengubahnya jadi
bahagia..
Lalu ditempat itu, kau habisi rinduku dengan syahdu. Lagi,
ditempat yang sama, kau lunasi senyumku dengan haru.
Andai
ada mesin pendeteksi hati, mungkin kau bisa langsung mengerti betapa dalam
benakku tak pernah lepas dari bayangmu. Betapa sulitnya aku menjinakkan hati
yang mulai tak terkendali. Yang selalu ingin ada kamu mengitari semuaku, yang
selalu saja menujumu. Yang enggan berjauh-jauh darimu, yang diam-diam menyimpan
cemburu kepada siapa saja yang berada disekelilingmu. Lalu egoku memainkan
peran, memikirkan apa yang tidak perlu. Andai
ku tahu isi didalamnya; hatimu. Dan kemanapun kau melangkah, aku menunggu. Mendo’akanmu
dari kejauhan.
Ajak
aku bermesraan dalam udaramu, biar melebur pada kedamaian. Biar ku sesapi
sendiri cinta yang membuatku takut kalau-kalau ia semakin akut. Biar kucoba
tenangkan riak gelombang di jantungku, yang gelisah tak tau waktu. Ajak aku
bergandengan dalam langkahmu, biar kupahami pelan-pelan setiap langkah yang tak
akan pernah membuatku lelah; bersamamu..
Kenalkan aku dengan masa lalumu, lalu mengerat masa depan
bersamamu.
Di
tempat masing-masing kita mencari waktu yang tepat untuk saling bertatap. Tangan
kita meraba-raba waktu yang pas untuk berjabat. Kau dan aku yang lama-lama
terbiasa menunggu segalanya jatuh di titik temu, bukan dalam lengkung nafsu.
Sekarang,
biarkan aku mempelajari seluruhmu dan kau memahami segalaku.
Aku
tak pernah berhenti mempelajari tentang kita; pun tak pernah lupa menyebut
namamu dalam do’aku.
DAku ingin kau dan aku yang selamanya, bukan lagi sebuah wacana;KITA.E
The Anthology Of Love,
Humaira
No comments :
Post a Comment