Heeum..
Gag terasa selangkah demi selangkah kita sudah menginjakkan kaki kita di bulan Februari. Mengingat Februari, jadi teringat akan sebuah peristiwa yang setiap tahunnya sangat fenomenal dibulan ini.
Gag terasa selangkah demi selangkah kita sudah menginjakkan kaki kita di bulan Februari. Mengingat Februari, jadi teringat akan sebuah peristiwa yang setiap tahunnya sangat fenomenal dibulan ini.
Ada sebuah fenomena Menarik di bulan Februari ini, tepatnya pada tanggal 14 Februari.
Dimana, para remaja-pada umumnya-hiruk pikuk, karena mereka memiliki hajatan
besar dengan merayakan sebuah hari yang disebut Hari Valentine. Atau lebih populer dengan sebutan V’day.
Hiruk-pikuk hajatan itu, kini telah menjadi Tradisi yang turun temurun, gag
peduli dari Negara manapun dan Agama apapun. Termasuk di Indonesia sendiri.
Ironisnya, peserta terbanyak dalam hajatan besar Valentine itu adalah mereka
yang Notabenenya ‘Remaja
Muslim/Muslimah’.
Yang Jadi
pertanyaan,
Apa sebenernya Hari Valentine itu ? Apa esensi yang dikejar dari Hajatan besar
Valentine ? Dan pantaskah remaja muslim turut seta merayakan tradisi V’day itu
? Apakah hajatan tersebut murni ditelurkan berdasarkan kultur semata atau ada
korelasinya dengan kehidupan beragama ? Mengapa Remaja Muslim turut
merayakannya ? Apa hukumnya dan bagaimana konsekuensinya ?
Sebenarnya berbicara mengenai history Valentine
akan sangat variatif karena terdapat berbagai versi mengenai asal-muasal Hari
valentine. Diantara beberapa versi itu ialah :
Versi Pertama :
Menurut Ensiklopedi Katolik, nama
Valentinus diduga bisa merujuk pada tiga martir atau santo (orang suci) yang
berbeda yaitu dibawah ini:
1. Pastur di Romawi
2. Uskup Intermna ( Modern Terni )
3. Martir di Prov Romawi Afrika
Hubungan antara ketiga martir ini
dengan hari raya kasih sayang (valentine) tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius I,
pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai
martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya
peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja
menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada
tanggal 15 Februari.
Sisa-sisa kerangka yang digali dari
makam Santo Hyppolytus, diidentifikasikan sebagai jenazah St. Valentinus.
Kemudian ditaruh dalam sebuah peti dari emas dan dikirim ke gereja Whitefriar
Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini telah diberikan kepada
mereka oleh Paus Gregorius XVI pada tahun 1836. Banyak wisatawan sekarang yang
berziarah ke gereja ini pada hari Valentine (14 Februari), di mana peti dari
emas diarak dalam sebuah prosesi dan dibawa ke sebuah altar tinggi. Pada hari
itu dilakukan sebuah misa yang khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para
muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari raya ini dihapus dari kalender
gerejawi pada tahun 1969 sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk
menghapus santo-santo yang asal-muasalnya tidak jelas, meragukan dan hanya
berbasis pada legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki
tertentu.
Versi Kedua :
Catatan pertama dihubungkannya hari
raya Santo Valentinus dengan cinta romantis adalah pada abad ke-14 di Inggris
dan Perancis, di mana dipercayai bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung
mencari pasangan untuk kawin. Kepercayaan ini ditulis pada karya sastrawan
Inggris Pertengahan bernama Geoffrey Chaucer. Ia menulis di cerita Parlement of
Foules (Percakapan Burung-Burung) bahwa :
For this was sent on Seynt
Valentyne's day (Bahwa inilah dikirim pada hari Santo Valentinus) Whan every
foul cometh ther to choose his mate (Saat semua burung datang ke sana untuk
memilih pasangannya).
Pada jaman itu bagi para pencinta
sudah lazim untuk bertukaran catatan pada hari valentine dan memanggil pasangan
Valentine mereka. Sebuah kartu Valentine yang berasal dari abad ke-14 konon
merupakan bagian dari koleksi naskah British Library di London. Kemungkinan
besar banyak legenda-legenda mengenai santo Valentinus diciptakan pada jaman
ini. Beberapa di antaranya bercerita bahwa :
Sore hari sebelum santo Valentinus
akan mati sebagai martir, ia telah menulis sebuah pernyataan cinta kecil yang
diberikannya kepada sipir penjaranya yang tertulis "Dari Valentinus
mu".
Ketika serdadu Romawi dilarang
menikah oleh Kaisar Claudius II, santo Valentinus secara rahasia membantu
menikahkan mereka diam-diam namun St.Valentine melanggarnya dan diam-diam
menikahkan banyak pemuda sehingga iapun ditangkap dan dihukum gantung pada 14
Februari 269 M (lihat: The World Book Encyclopedia, 1998). Pada kebanyakan
versi legenda-legenda ini, 14 Februari dihubungkan dengan keguguran sebagai
martir.
Versi Ketiga :
Valentine adalah seorang pendeta
yang hidup di Roma pada abad ke-III. Ia hidup di kerajaan yang saat itu
dipimpin oleh Kaisar Claudius yang terkenal kejam. Ia sangat membenci kaisar
tersebut. Claudius berambisi memiliki pasukan militer yang besar, ia ingin
semua pria di kerajaannya bergabung di dalamya.
Namun sayangnya keinginan ini tidak
didukung. Para pria enggan terlibat dalam peperangan. Karena mereka tak ingin
meninggalkan keluarga dan kekasih hatinya. Hal ini membuat Claudius marah, dia
segera memerintahkan pejabatnya untuk melakukan sebuah ide gila.
Claudius berfikir bahwa jika pria
tidak menikah, mereka akan senang hati bergabung dengan militer. Lalu Claudius
melarang adanya pernikahan. Pasangan muda saat itu menganggap keputusan ini
sangat tidak masuk akal. Karenanya St. Valentine menolak untuk melaksanakannya.
St. Valentine tetap melaksanakan
tugasnya sebagai pendeta, yaitu menikahkan para pasangan yang tengah jatuh
cinta meskipun secara rahasia. Aksi ini akhirnya diketahui oleh kaisar yang
segera memberinya peringatan, namun ia tidak menggubris dan tetap memberkati
pernikahan dalam sebuah kapel kecil yang hanya diterangi cahaya lilin.
Sampai pada suatu malam, ia
tertangkap basah memberkati salah satu pasangan. Pasangan tersebut berhasil
melarikan diri, namun malang St. Valentine tertangkap. Ia dijebloskan ke dalam
penjara dan divonis hukuman mati dengan dipenggal kepalanya. Bukannya dihina
oleh orang-orang, St. Valentine malah dikunjungi banyak orang yang mendukung
aksinya itu. Mereka melemparkan bunga dan pesan berisi dukungan di jendela
penjara dimana dia ditahan.
Salah satu dari orang-orang yang
percaya pada cinta kasih itu adalah putri penjaga penjara sendiri. Sang ayah
mengijinkan putrinya untuk mengunjungi St. Valentine. Tak jarang mereka
berbicara lama sekali. Gadis itu menumbuhkan kembali semangat sang pendeta. Ia
setuju bahwa St. Valentine telah melakukan hal yang benar.
Pada hari saat ia dipenggal alias
dipancung kepalanya, yakni tanggal 14 Februari gak tahu tahun berapa, St.
Valentine menyempatkan diri menuliskan sebuah pesan untuk gadis putri sipir
penjara tadi, ia menuliskan Dengan Cinta dari Valentine mu.
Pesan itulah yang kemudian mengubah
segalanya. Kini setiap tanggal 14 Februari orang di berbagai belahan dunia
merayakannya sebagai hari kasih sayang. Orang-orang yang merayakan hari itu
mengingat St. Valentine sebagai pejuang cinta, sementara kaisar Claudius
dikenang sebagai seseorang yang berusaha mengenyahkan cinta.
Melihat catatan sejarah Valentine dan
hubungannya dengan budaya barat, dapat diambil benang merah bahwa valentine
sesungguhnya merupakan perayaan yang bersumber dari non-islam ( Kristen ) yang
di kukuhkan oleh Paus Glasius untuk mengenang St. Valentine. Dan merupakan
ritual orang Romawi Kuno ( Paganisme ) yang Musyrik karena menyembah berhala.
Sebelum kita
terjerumus pada budaya yang dapat menyebabkan kita tergelincir kepada
kemaksiatan maupun penyesalan, kita tahu bahwa acara itu jelas berasal dari
kaum kafir yang aqidahnya berbeda dengan umat Islam, sedangkan Rasulullah
bersabda:
Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri Radiyallahu ‘anhu : Rasulullah bersabda: “Kamu akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai mereka masuk ke dalam lubang biawak kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang kamu maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Rasulullah bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?” ( HR. Bukhori dan Muslim )
Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri Radiyallahu ‘anhu : Rasulullah bersabda: “Kamu akan mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sampai mereka masuk ke dalam lubang biawak kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang kamu maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Rasulullah bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?” ( HR. Bukhori dan Muslim )
Rasulullah Saw pun
dengan keras melarang umat muslim untuk mengikuti upacara peribatan suatu kaum,
“ Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia
termasuk golongan kaum itu ” ( Hr.
Tirmidzi )
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang di
muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak
lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah).” (Qs. Al-An’am : 116)
Mari
kita renungkan firman Allah s.w.t.: (Surah
Al-Isra : 36)
“ Dan janglah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabnya”.
Dalam Islam kata “tahu” berarti mampu mengindera(mengetahui) dengan seluruh panca indera yang dikuasai oleh hati. Pengetahuan yang sampai pada taraf mengangkat isi dan hakikat sebenarnya. Bukan hanya sekedar dapat melihat atau mendengar. Bukan pula sekadar tahu sejarah, tujuannya, apa, siapa, kapan(bila), bagaimana, dan di mana, akan tetapi lebih dari itu.
Oleh kerana itu Islam amat melarang kepercayaan yang membonceng (mendorong/mengikut) kepada suatu kepercayaan lain atau dalam Islam disebut Taqlid.
Firman Allah Swt :
“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-sekali
tidaklah diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”. ( Qs.
Al-Imran : 85 )
Syaikh Muhammad al-Utsaimin ketika ditanya
tentang Valentine’s Day mengatakan, ” Merayakan Hari Valentine itu tidak boleh ”, karena alasan berikut :
Pertama : Ia merupakan hari raya
bid’ah yang tidak ada dasar hukumnya di dalam syari’at Islam.
Kedua : Ia dapat menyebabkan
hati sibuk dengan perkara-perkara rendahan seperti ini yang sangat bertentangan
dengan petunjuk para salaf shalih (pendahulu kita) -semoga Allah meridhai
mereka. Keinginan untuk ikut-ikutan memang selalu ada dalam
diri manusia, terlebih di usia remaja. Sehingga tidak mengherankan apabila
remaja muslim pun banyak yang ikut terseret ke arus globalisasi dan terbawa
kepada ritual dan gaya budaya barat.
Melihat realita yang
ada, setidaknya ada beberapa faktor yang melatarbelakangi remaja muslim ikut
terseret ke arus globalisasi dan budaya valentine.
Pertama, remaja merupakan usia yang masih labil dan tengah
mencari jati dirinya, parahnya hal itu juga disertai dengan perasaan loss of
identity sehingga mereka akhirnya mencari identitas lain dan akhirnya dengan
kondisi mental dan karakter yang belum terbentu kuat mereka terbawa kepada
identitas global.
Kedua, behubungan dengan budaya valentine itu sendiri
mayoritas remaja muslim yang mengikuti budaya valentine tidak mengenal sejarah
valentine secara eksplisit sehingga tidak ada kesan risih dalam dirinya untuk
mengikuti budaya valentine. Parahnya akibat lemanhya kesadaran sejarah pada
remaja muslim, valentine kemudian dianggap murni hanya merupakan permasalahan
kultur dan budaya yang sedang berkembang, tanpa ada sangkut pautnya dengan
permasalahan agama, sehingga mereka merasa budaya valentine bisa diserap oleh
semua kalangan.
Ketiga, diakui atau tidak sikap religiusitas dalam diri
dan hati remaja muslim tengah dalam keadaan yang semakin keropos, sehingga
melemahkan karakter dan mental mereka yang akhirnya tidak sanggup membentengi
diri dan menyaring budaya asing yang seharusnya mereka lawan.
Keempat, hasrat mengikuti trend menjadi demam baru
dikalangan remaja, mereka selalu beranggapan bahwa semua yang berasal dari
barat adalah modernisasi yang harus diikuti meski sekedar gengsi dan agar tidak
disebut ketinggalan zaman, terlebih dengan adanya pergaulan bebas di era
globalisasi ini akhirnya semakin mantap menyeret kalangan remaja kepada budaya
valentine.
Sudah jelas !
Apapun alasannya, kita tidak dapat menerima
kebudayaan import dari luar yang nyata-nyata bertentangan dengan keyakinan (aqidah)
kita. Janganlah kita mengotori akidah kita dengan dalih toleransi dan setia
kawan. Kerana
kalau dikata toleransi, Islamlah yang paling toleransi di dunia.
Sudah berapa jauhkah kita mengayunkan langkah
mengelu-elukan(memuja-muja) Valentine
Day ? Sudah semestinya kita
menyedari sejak dini(saat ini), agar jangan sampai terperosok lebih jauh lagi.
Tidak perlu kita irihati dan cemburu dengan upacara dan bentuk kasih sayang
agama lain. Bukankah Allah itu Ar
Rahman dan Ar Rohim. Bukan hanya sehari untuk setahun. Dan bukan pula
dibungkus dengan hawa nafsu. Tetapi yang jelas kasih sayang di dalam Islam
lebih luas dari semua itu. Bahkan Islam itu merupakan 'alternatif' terakhir
setelah manusia gagal dengan sistem-sistem lain.Lihatlah kebangkitan Islam!!! Lihatlah kerusakan-kerusakan yang ditampilkan oleh peradaban Barat baik dalam media massa, teve dan sebagainya. Karena sebenarnya Barat hanya mengenali perkara atau urusan yang bersifat materi. Hati mereka kosong dan mereka bagaikan 'robot' yang bernyawa.
MARI ISTIQOMAH (BERPEGANG TEGUH)
Perhatikanlah Firman Allah :
“…dan sesungguhnya jika kamu mengikuti keinginan mereka setelah datang ilmu kepadamu, sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk golongan orang-orang yang zalim”.
Tujuan dari semua itu adalah agar diri kita selalu taat sehingga dengan izin Allah s.w.t. kita dapat berjumpa dengan para Nabi baik Nabi Adam sampai Nabi Muhammad s.a.w.
Firman Allah
Swt :
“Barangsiapa yang taat kepada Allah dan RasulNya maka dia akan bersama orang-orang yang diberi nikmat dari golongan Nabi-Nabi, para shiddiq (benar imannya), syuhada, sholihin (orang-orang sholih), mereka itulah sebaik-baik teman”.
No comments :
Post a Comment