Karena seharusnya cinta yang sejati itu diletakkan ditempat yang
suci; menyatu karena Tuhan, dan dipererat oleh iman.
Bukan hal mudah membiarkan hati berkelana sendiri. Aku hanya bisa mengendalikan diri, tapi urusan hati hanya Tuhan sang Maha Pengendali. Aku hanya bisa menahan hati untuk tidak memiliki apa yang belum menjadi hak yang direstui. Aku hanya mencoba bertahan dengan senyum yang tiada henti, meski luka kerap mampir kemari.
Sebab kamu datang membawa kunci yang kubuang ditengah
lautan. Mengapa bisa kau temukan ? Apa mungkin Tuhan yang memberikan ?
Aku harap kamu bukan yang akan sudi melukai, seperti mereka yang memainkan
perasaannya yang menyimpang dari Tuhan. Aku hanya akan duduk menunggu rindu
yang gaduh berubah jadi syahdu sebab Tuhan menitipkannya padamu. Bukan aku yang
mengizinkan raut wajahmu terbayang setiap malam, dan aku hanya menjadikannya
bulir-bulir do’a yang mengalir disepertiga malam terakhir. Perasaan yang bukan
kuasa manusia itu hanya kucoba redam dalam diam. Kubahasakan dengan air mata
yang menjuntai bait-bait do’a. Demi Tuhan, aku hanya wanita seperti layaknya
wanita biasa.
Dan berkali-kali aku menatanya
kembali. Yang sebab kedatanganmu membuatnya berantakan. Aku mencoba mengusir
segala prasangka. Aku berbalik arah, dan berpaling dari jerat hati, tapi sekali
lagi, aku kalah. Tuhan selalu punya cara untuk menjatuhkan apa yang Dia
inginkan tepat dihati seseorang. Aku percaya, cinta dengan niat yang baik akan
berakhir diperaduan yang baik pula. Aku hanya bisa mengendalikan situasi, bukan
perasaan yang terus menelusup kedalam relung hati.
Aku membiarkannya beterbangan mencari muara. Mengaliri setiap sungai mencari hilirnya sendiri. Aku takkan menahan siapapun, meski kamu kemari bukan untuk menaklukkan hati. Meski ini hanya perasaanku sendiri, aku hanya memperkuat iman untuk cinta yang semakin erat dalam lekat. Aku percaya, dari lorong-lorong yang gelap akan menemui terik matahari.
Semestinya cinta tak saling menyakiti. Tapi menjadikannya abadi. Cinta yang melibatkan Tuhan didalamnya takkan tega membiarkannya jadi sangsi, tapi menyambungnya dengan tali yang suci. Cinta yang mengatasnamakan Tuhan bukan untuk bersentuhan tapi untuk menguatkan iman. Disitu kita diuji, kita sedang diuji untuk jauh lebih teliti. Aku menyemat cinta dalam penantian panjang. Sebab aku tak butuh pernyataan darimu, kecuali yang jawabannya adalah keridhaan dari Tuhan.
Kita bisa tahu mana cinta yang berlandaskan iman atau mana yang nafsu. Kita bisa bedakan mana yang cinta Tuhan dan mana yang sebatas cinta manusia.
Siapa bilang mudah ? Tapi
sekali lagi, tidak susah untuk mereka yang sama-sama punya iman. Jatuh cinta
bukan suatu kesalahan, tapi jadi salah jika diberlakukan dengan cara yang tidak
pas. Cinta itu fitrah dan naluri. Kita tidak perlu menuutup hati, atau
melupakan dan menafikan apa yang terjadi di hati. Biarkan saja ia menyebar di
koridor hati, cukup bumbui dengan iman yang tak kalah kuatnya dari perasaan.
Semoga diberi kumudahan dalam penantian untuk menunggu penyatuan dari Tuhan.
The Anthology Of Love
Humaira
:)
ReplyDeleteok