”Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah.” (HR Ibn Hibban)
Iman yang ada dalam hati kita
mengalami fluktuasi.
Iman tersebut bisa bertambah kuat, namun juga dapat terkikis tanpa kita sadari.
Naik turunnya iman yang kita miliki tergantung kepada diri kita sendiri dalam
menjaganya. Sebagai seorang muslim, tentunya kita menginginkan agar iman yang
kita miliki tidak berkurang, tapi justru bertambah kuat. Karenanya, kita harus
mengetahui apa saja yang mempengaruhi naik turunnya kadar keimanan dalam diri
kita.
Sebab turunnya kadar iman
Ada banyak hal yang dapat
menurunkan kadar keimanan yang ada dalam diri kita. Secara garis besar,
sebab-sebab yang menurunkan kadar keimanan dapat datang dari dalam diri kita
sendiri, dan dari pihak luar.
Hal-hal yang menurunkan kadar
keimanan, yang berasal dari dalam diri kita diantaranya adalah:
1. Kebodohan
Kebodohan
merupakan salah satu hal yang mengakibatkan berbagai perbuatan buruk. Boleh
jadi seseorang berbuat buruk karena ia tidak mengetahui bahwa perbuatannya itu
dilarang oleh agama. Bahkan bisa jadi ia tidak tahu akan balasan atas
perbuatannya kelak di akhirat. Karena itu, marilah kita berupaya semaksimal
mungkin untuk mencari dan menuntut ilmu, terutama ilmu agama, sehingga
terhindar dari perbuatan-perbuatan yang buruk, sebagai akibat dari kebodohan
kita sendiri.
2. Ketidak-pedulian,
keengganan, dan melupakan kewajiban
Keengganan
seseorang dalam ketika berurusan dengan hal-hal yang bersifat ukhrowi
membuatnya sulit untuk dapat melakukan kebaikan. Padahal berbuat baik sudah
merupakan salah satu hal yang diperintahkan oleh Allah Subhanahu wa ta’alaa.
Melupakan
kewajibannya sebagai makhluk untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’alaa
dapat pula menyebabkan kadar iman kita berkurang. Padahal, kita sebagai manusia
diciptakan Allah Subhanahu wa ta’alaa semata-mata untuk beribadah kepadanya.
Nafsu duniawi membuat orang lupa kewajiban utamanya ini. Akibatnya, ia akan
semakin jauh dari cahaya Allah Subhanahu wa ta’alaa.
3. Menyepelekan
perintah dan larangan Allah Subhanahu wa ta’alaa
Awal
dari perbuatan dosa adalah sikap menganggap sepele apa yang telah diperintahkan
dan dilarang oleh Allah Subhanahu wa ta’alaa. Sebagai akibatnya, orang yang
menganggap sepele perintah dan larangan-Nya akan senang sekali melakukan
perbuatan-perbuatan dosa. Sering juga ia menganggap bahwa apa yang dilakukannya
hanyalah dosa kecil. Padahal, jika dilakukan terus menerus, dosa-dosa kecil
tersebut akan semakin besar. Karena terbiasa melakukan dosa-dosa kecil, maka ia
sudah tidak ada perasaan takut dan ragu lagi utnuk melakukan dosa-dosa besar.
4. Jiwa yang selalu
memerintahkan berbuat jahat
Ibnul
Qayyim Al Jauziyyah mengatakan, Allah Subhanahu wa ta’alaa menggabungkan dua
jiwa, yakni jiwa jahat dan jiwa yang tenang sekaligus dalam diri manusia, dan
mereka saling bermusuhan dalam diri seorang manusia. Disaat salah satu melemah,
maka yang lain menguat. Perang antar keduanya berlangsung terus hingga si
empunya jiwa meninggal dunia.
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “..barang
siapa yang diberi petunjuk Allah maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan
barang siapa yang disesatkannya maka tidak ada seorangpun yang dapat memberinya
petunjuk”.
Sifat
lalai, tidak mau belajar agama, sombong dan tidak peduli merupakan beberapa
cara untuk membiarkan jiwa jahat dalam tubuh kita berkuasa. Sedangkan sifat
rendah hati, mau belajar, mau melakukan instropeksi (muhasabah) merupakan cara
untuk memperkuat jiwa kebaikan (jiwa tenang) yang ada dalam tubuh kita.
Sedangkan dari luar diri
kita, ada beberapa hal yang dapat menurunkan kadar keimanan kita, diantaranya
adalah:
1. Syaithan
Syaithan
adalah musuh manusia. Tujuan syaithan adalah untuk merusak keimanan orang.
Siapa saja yang tidak membentengi dirinya dengan selalu mengingat Allah
Subhanahu wa ta’alaa, maka ia menjadi sarang syaithan, menjerumuskannya dalam
kesesatan, ketidak patuhan terhadap Allah Subhanahu wa ta’alaa, membujuknya
melakukan dosa.
2. Bujuk rayu dunia
Allah
Subhanahu wa ta’alaa berfirman dalam Al Quran:
“Ketahuilah,
bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga
tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya
mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat
warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang
keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu”. (QS,
al-Hadiid: 20).
Pada
hakikatnya, tujuan hidup manusia adalah untuk
akhirat. Dunia ini merupakan tempat kita untuk mengumpulkan bekal
bagi kehidupan kita di akhirat kelak. Segala kesenangan yang ada di dunia ini
merupakan kesenangan semu.
Namun
tidak sedikit orang yang tergoda oleh kesenangan sesaat ini, sehingga rela
melakukan apa saja demi kehidupan dunia. Bahkan meskipun harus mrnyalahi
perintah Allah SWT sekalipun.
3. Pergaulan yang
buruk
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Seseorang
itu terletak pada agama teman dekatnya, sehingga masing-masing kamu sebaiknya
melihat kepada siapa dia mengambil teman dekatnya” (HR Tirmidzi,
Abu Dawud, al-Hakim, al-Baghawi).
Teman
dan sahabat yang sholeh sangat penting kita miliki di zaman kini dimana
pergaulan manusia sudah sangat bebas dan tidak lagi memperhatikan nilai-nilai
agama Islam. Berada diantara teman-teman yang sholeh akan membuat seorang
wanita tidak merasa asing bila mengenakan jilbab. Demikian pula seorang pria
bisa merasa bersalah bila ia membicarakan aurat wanita diantara orang-orang
sholeh. Sebaliknya berada diantara orang-orang yang tidak sholeh atau
berperilaku buruk menjadikan kita dipandang aneh bila berjilbab atau bahkan ketika
hendak melakukan sholat.
Menaikkan Kadar Iman
Agar kadar iman dalam diri
kita tidak menurun, kita harus selalu menjaga dan memelihara keimanan kita
dengan baik. Bahkan sebisa mungkin, kita harus berupaya untuk meningkatkan
kadar keimanan yang kitamiliki. Namun, meningkatkan kadar keimanan bukanlah hal
yang mudah. Ada banyak usaha yang harus kita lakukan, terlebih lagi dengan
begitu banyaknya godaan yang mampu meruntuhkan keimanan kita.
Lantas, upaya apa saja yang
harus kita lakukan untuk meningkatkan kadar keimanan kita? Berikut ini ada
beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mempertebal kadar iman kita:
1. Mempelajari ilmu
agama islam yang bersumber pada Al Quran dan hadist
Banyak
cara yang dapat kita lakukan untuk dapat mempelajari ilmu agama, yang sesuai
dengan tuntunan Al Quran dan Hadist. Beberapa cara untuk menambah pengetahuan
kita tentang agama islam diantaranya adalah:
• Memperbanyak membaca Al Quran
dan merenungkan maknanya
Ayat-ayat
Al-Qur’an memiliki target yang luas dan spesifik sesuai kebutuhan masing-masing
orang yang sedang mencari atau memuliakan Tuhannya. Sebagian ayat Al-Qur’an
mampu menggetarkan kulit seseorang yang sedang mencari kemuliaan Allah, dilain
pihak Al-Qur’an mampu membuat menangis seorang pendosa, atau membuat tenang
seorang pencari ketenangan.
“Ini adalah
sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka
memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang
mempunyai pikiran.” (QS, Shaad: 29)
”Dan Kami
turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang
yang beriman dan Al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang lalim
selain kerugian.” (QS, al-Israa’:
82)
• Mempelajari sifat-sifat Allah
Subhanahu wa ta’alaa
Bila
seseorang memahami sifat Allah yang Maha Mendengar, Maha Melihat dan Maha
Mengetahui, maka ia akan menahan lidahnya, anggota tubuhnya dan gerakan hatinya
dari apapun yang tidak disukai Allah.
Bila
seseorang memahami sifat Allah yang Maha Indah, Maha Agung dan Maha Perkasa,
maka semakin besarlah keinginannya untuk bertemu Allah di hari akhirat sehingga
iapun secara cermat memenuhi berbagai persyaratan yang diminta Allah untuk bisa
bertemu dengan-Nya (yaitu dengan memperbanyak amal ibadah).
Bila
seseorang memahami sifat Allah yang Maha Santun, Maha Halus dan Maha Penyabar,
maka iapun merasa malu ketika ia marah, dan hidupnya merasa tenang karena tahu
bahwa ia dijaga oleh Tuhannya secara lembut dan sabar.
• Mempelajari sejarah kehidupan
(Siroh) RasulullahShallallahu ‘alaihi wasallam
Dengan
memahami perilaku, keagungan dan perjuangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam, akan menumbuhkan rasa cinta kita terhadapnya, kemudian berkembang
menjadi keinginan untuk mencontoh semua perilaku beliau dan mematuhi
pesan-pesan beliau selaku utusan Allah Subhanahu wa ta’alaa.
Seorang sahabat
r.a. mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan bertanya,
“Wahai Rasul Allah, kapan tibanya hari akhirat?”. Rasulullah saw balik bertanya
: “Apakah yang telah engkau persiapkan untuk menghadapi hari akhirat?”. Si
sahabat menjawab , “Wahai Rasulullah, aku telah sholat, puasa dan bersedekah
selama ini, tetap saja rasanya semua itu belum cukup. Namun didalam hati, aku
sangat mencintai dirimu, ya Rasulullah”. Rasulullah saw menjawab, “Insya Allah,
di akhirat kelak engkau akan bersama orang yang engkau cintai”. (HR Muslim)
Inilah
hadits yang sangat disukai para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wasallam. Jelaslah bahwa mencintai Rasulullah adalah salah satu jalan menuju
surga, dan membaca riwayat hidupnya (siroh) adalah cara terpenting untuk lebih
mudah memahami dan mencintai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
• Mempelajari kualitas agama
islam
Perenungan
terhadap syariat Islam, hukum-hukumnya, akhlak yang diajarkannya, perintah dan
larangannya, akan menimbulkan kekaguman terhadap kesempurnaan ajaran agama
Islam ini. Tidak ada agama lain yang memiliki aturan dan etiket yang sedemikian
rincinya seperti Islam, dimana untuk makan dan ke WC pun ada adabnya, untuk aspek
hukum dan ekonomi ada aturannya, bahkan untuk berhubungan suami -istripun ada
aturannya.
• Mempelajari kehidupan
orang-prang sholeh
Mereka
adalah generasi-generasi terbaik dari Islam. Mereka adalah orang-orang yang
kadar keimanannya diibaratkan sebesar gunung Uhud sementara manusia zaman kini
diibaratkan kadar keimananya tak lebih dari sebutir debu dari gunung Uhud.
Umar
ra pernah memuntahkan makanan yang sudah masuk ke perutnya ketika tahu bahwa
makanan yang diberikan padanya kurang halal sumbernya. Sejarah lain
menceritakan tentang lumrahnya seorang tabi’in meng-khatamkan Qur’an dalam satu
kali sholatnya.
Atau
cerita tentang seorang sholeh yang lebih dari 40 tahun hidupnya berturut-turut
tidak pernah sholat wajib sendiri kecuali berjamaah di mesjid. Atau seorang
sholeh yang menangis karena lupa mengucap doa ketika masuk mesjid. Inilah
cerita-cerita teladan yang mampu menggetarkan hati seorang yang sedang
meningkatkan keimanannnya.
2. Merenungkan
tanda-tanda kebesaran Allah Subhanahu wa ta’alaa yang ada di Alam
(ma’rifatullah)
Renungkan
secara tulus bagaimana alam ini diciptakan. Sungguh pasti ada kekuatan luar
biasa yang mampu menciptakan alam yang sempurna ini, sebuah struktur dan sistem
kehidupan yang rapi, mulai dari tata surya, galaksi hingga struktur pohon dan
sel-sel atom.
Renungkan
pula rahasia dan mukjizat Qur’an. Salah satu keajaiban Al Qur’an adalah
struktur matematis Al Qur’an. Walau wahyu Allah diturunkan bertahap namun
ketika seluruh wahyu lengkap maka ditemukan bahwa kata tunggal “hari”
disebut sebanyak 365 kali, sebanyak jumlah hari pada satu tahun syamsiyyah
(masehi). Kata jamak hari disebut sebanyak 30 kali, sama dengan jumlah hari
dalam satu bulan.
Sedang
kata Syahrun (bulan) dalam Al Quran disebut sebanyak 12 kali sama dengan jumlah
bulan dalam satu tahun. Kata Saa’ah (jam) disebutkan sebanyak 24 kali sama
dengan jumlah jam sehari semalam. Dan semua kata-kata itu tersebar di 114 surat
dan 6666 ayat dan ratusan ribu kata yang tersusun indah.
Dan
masih banyak lagi keajaiban dan mukjizat Al Quran dari sisi pandang lainnya
yang membuktikan bahwa itu bukan karya manusia. Masih banyak pula mukjizat
lainnya di alam ini yang membuktikan bahwa alam ini memiliki struktur yang
sangat sempurna dan tidak mungkin tercipta dengan sendirinya.
Adalah
lumrah, bahwa sesuatu yang tidak mungkin diciptakan manusia, pastilah
diciptakan sesuatu yang Maha Kuasa, Maha Besar. Inilah yang menambah kecilnya
diri kita dan menambah kekaguman dan cinta serta iman kita kepada Sang Pencipta
alam semesta ini.
3. Melakukan amal
kebaikan dengan ikhlas
Amal
perbuatan perlu digerakkan. Dimulai dari hati, kemudian terungkap melalui lidah
kita dan kemudian anggota tubuh kita. Selain ikhlas, diperlukan usaha dan
keseriusan untuk melakukan amalan-amalan ini.
a. Amalan Hati
Dilakukan
melalui pembersihan hati kita dari sifat-sifat buruk, selalu menjaga kesucian
hati. Ciptakan sifat-sifat sabar dan tawakal, penuh takut dan harap akan Allah.
Jauhi sifat tamak, kikir, prasangka buruk dan sebagainya.
b. Amalan Lidah
Perbanyak
membaca Al-Qur’an, zikir, bertasbih, tahlil, takbir, istighfar, mengirim salam
dan sholawat kepada Rasulullah dan mengajak orang lain kepada kebaikan,
melarang kemungkaran.
c. Amalan Anggota Tubuh
Dilakukan
melalui kepatuhan dalam sholat, pengorbanan untuk bersedekah, perjuangan untuk
berhaji hingga disiplin untuk sholat berjamaah di mesjid (khususnya bagi pria).
Marilah kita berdaya upaya
semaksimal mungkin untuk menjaga dan meningkatkan kadar keimanan yang ada dalam
diri kita. Jangan sampai iman yang kita miliki berkurang, atau bahkan terkikis
habis, karena ketidak pedulian kita terhadap hukum-hukum Allah Subhanahu wa
ta’alaa.
Semoga Allah Subhanahu wa
ta’alaa senantiasa menjaga dan melindungi kita dari jebakan syaithan dan godaan
duniawi, sehingga kita selalu berada di jalan-Nya.
Aamiin..
Wallahu a’lam
Salam,
Ute Hime K.
Makasih mbak udah berbagi infonya tentang pasang surut iman, semoga kita terhindar dari surutnya iman
ReplyDeleteAamiin..
DeleteWaiyyakum...
Syukran Katsiran untuk kunjungannya ka fadly
ternyata ada pasang surutnya iman ya...:D
ReplyDelete