Teruntuk Kamu; Lelakiku Dimasa Depan




Kali ini Tuhan menjatuhkan cinta lewat sederet bahasa yang diam. Aku terperangah. Bingung, mau tersenyum atau menangis. Dan ternyata keduanya bebarengan menghias rupa. Didepan layar yang selalu membuatku meluncurkan nyanyian tanpa nada. Tapi berirama sama seperti bahagia. Hanya saja kau tak kan bisa melihatnya dengan kasat mata. Sebab bahagiaku ini jatuh lewat tetes air mata.

Ini cinta yang tak perlu jemari untuk menggenggamnya. Ini cinta yang tak meminta lengan memeluknya. Ini cinta yang tak menggunakan mata untuk menatap setiap gerak-geriknya. Ini cinta yang tak membuka mulut untuk menyuarakannya. Ini cinta yang tak menjanjikan ikatan selamanya. sebab ini cinta yang merindu lewat do’a. Ini cinta yang menunggu Tuhan menyatukannya. Ini Cinta ?

Sebab setiap lariknya kutulis dengan cinta yang kutahan mati-matian; pun kau  seharusnya begitu pula bertahan dan kita saling mempertahankan. Mungkin jarak dan waktu membiarkan kau dan aku beradu dalam rindu yang sedikit lebih haru. Sebab selalu kusemat disepertiga waktu; sebelum dini hari. Aku enggan berbantah mulut, menepis cemburu yang tak semestinya melesap masuk ke rongga dada. Aku Ini Siapa ?

Semoga kau bukan yang suka mencabar, menawar hati lewat puisi. Mencecar siapa saja dengan puji bertubi-tubi. mengoyak gejolak yang muncul dimana saja. Dengan mudah membawa nama Tuhan demi cinta yang hanya singgah sebentar, sanggrah. Bercelangap mengungkap rasa yang nyatanya langsung lesat sekejap. Kita bukan lagi anak muda yang kerap mengumbar rasa bukan ?

Kau dan aku pasti punya sebingkis kisah masa lalu. Mungkin sebungkus rindu yang berujung pilu bertalu. Mungkin juga setumpuk cinta yang ternyata sesaat saja mendamba. Yang sejumput itu, tak akan terulang kembali pada kita kan ?

Kau pasti mengerti betapa sulit aku menyusun denyut nadi agar kembali rapi. Kau mungkin juga paham berapa lama aku berdiri menstabilkan posisi. Dan aku tahu, kau tak akan mungkin menggoyahkan apa yang kadung rangup; aku yang tersaruk berantuk dengan hatimu.

Lalu kini jadi waktu yang tepat untuk mengasah rasa. Mengaduk-aduk yang buruk jangan sampai jadi ambruk. lalu jangan lupa sertakan Tuhan dalam setiap rindu yang membukut kalbu. Sebab diantara kau dan aku perantaranya hanya Tuhan, bukan ?

Teruntuk kamu, lelakiku dimasa depan.
Jangan pernah menoleh kebelakang. 
Lalu kamu yang menjatuhkan hatimu tepat dihatiku, 
teruskan cintamu memperjuangkan 
yang memang mungkin saja ditakdirkan menjadi mulikmu.


Anthology Of Love,

Humaira



No comments :

Post a Comment