Dalam Al Qur'an dinyatakan
bahwa orang yang tidak beriman adalah mereka yang tidak mengenali atau tidak
menaruh kepedulian akan ayat atau tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah di
alam semesta ciptaan-Nya.
Sebaliknya, ciri menonjol
pada orang yang beriman adalah kemampuan memahami tanda-tanda dan bukti-bukti
kekuasaan sang Pencipta tersebut. Ia mengetahui bahwa semua ini diciptakan
tidak dengan sia-sia, dan ia mampu memahami kekuasaan dan kesempurnaan ciptaan
Allah di segala penjuru manapun. Pemahaman ini pada akhirnya menghantarkannya
pada penyerahan diri, ketundukan dan rasa takut kepada-Nya. Ia adalah termasuk
golongan yang berakal, yaitu
"…orang-orang
yang mengingat Allah
sambil
berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring
dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
"Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia.
Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
(QS.
Ali 'Imraan, 3:190-191)
Di banyak ayat dalam Al
Qur'an, pernyataan seperti, "Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?",
"terdapat tanda-tanda (ayat) bagi orang-orang yang berakal,"
memberikan penegasan tentang pentingnya memikirkan secara mendalam tentang
tanda-tanda kekuasaan Allah. Allah telah menciptakan beragam ciptaan yang tak
terhitung jumlahnya untuk direnungkan. Segala sesuatu yang kita saksikan dan
rasakan di langit, di bumi dan segala sesuatu di antara keduanya adalah
perwujudan dari kesempurnaan penciptaan oleh Allah, dan oleh karenanya menjadi
bahan yang patut untuk direnungkan. Satu ayat berikut memberikan contoh akan
nikmat Allah ini:
"Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu
tanam-tanaman;
zaitun,
korma, anggur dan segala macam buah-buahan.
Sesungguhnya
pada yang demikian itu
benar-benar
ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan."
(QS.
An- Nahl, 16:11)
Marilah kita berpikir sejenak
tentang satu saja dari beberapa ciptaan Allah yang disebutkan dalam ayat di
atas, yakni kurma. Sebagaimana diketahui, pohon kurma tumbuh dari sebutir biji
di dalam tanah. Berawal dari biji mungil ini, yang berukuran kurang dari satu
sentimeter kubik, muncul sebuah pohon besar berukuran panjang 4-5 meter dengan
berat ratusan kilogram. Satu-satunya sumber bahan baku yang dapat digunakan
oleh biji ini ketika tumbuh dan berkembang membentuk wujud pohon besar ini
adalah tanah tempat biji tersebut berada.
Bagaimanakah sebutir biji
mengetahui cara membentuk sebatang pohon? Bagaimana ia dapat berpikir untuk
menguraikan dan memanfaatkan zat-zat di dalam tanah yang diperlukan untuk
pembentukan kayu? Bagaimana ia dapat memperkirakan bentuk dan struktur yang
diperlukan dalam membentuk pohon? Pertanyaan yang terakhir ini sangatlah
penting, sebab pohon yang pada akhirnya muncul dari biji tersebut bukanlah
sekedar kayu gelondongan. Ia adalah makhluk hidup yang kompleks yang memiliki
akar untuk menyerap zat-zat dari dalam tanah. Akar ini memiliki pembuluh yang
mengangkut zat-zat ini dan yang memiliki cabang-cabang yang tersusun rapi
sempurna. Seorang manusia akan mengalami kesulitan hanya untuk sekedar
menggambar sebatang pohon. Sebaliknya sebutir biji yang tampak sederhana ini
mampu membuat wujud yang sungguh sangat kompleks hanya dengan menggunakan
zat-zat yang ada di dalam tanah.
Pengkajian ini menyimpulkan
bahwa sebutir biji ternyata sangatlah cerdas dan pintar, bahkan lebih jenius
daripada kita. Atau untuk lebih tepatnya, terdapat kecerdasan mengagumkan dalam
apa yang dilakukan oleh biji. Namun, apakah sumber kecerdasan tersebut? Mungkinkah
sebutir biji memiliki kecerdasan dan daya ingat yang luar biasa?
Tak diragukan lagi,
pertanyaan ini memiliki satu jawaban: biji tersebut telah diciptakan oleh Dzat
yang memiliki kemampuan membuat sebatang pohon. Dengan kata lain biji tersebut
telah diprogram sejak awal keberadaannya. Semua biji-bijian di muka bumi ini
ada dalam pengetahuan Allah dan tumbuh berkembang karena Ilmu-Nya yang tak
terbatas. Dalam sebuah ayat disebutkan:
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib;
tak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri,
dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan,
dan tiada sehelai daunpun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya
(pula),
dan tidak jatuh sebutir bijipun dalam kegelapan bumi
dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering,
melainkah tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz).
(QS. Al-An'aam, 6:59).
Dialah
Allah yang menciptakan biji-bijian dan menumbuhkannya sebagai tumbuh-tumbuhan
baru. Dalam ayat lain Allah menyatakan:
Sesungguhnya
Allah menumbuhkan butir tumbuh-tumbuhan
dan
biji buah-buahan.
Dia
mengeluarkan yang hidup dari yang mati
dan
mengeluarkan yang mati dari yang hidup.
(Yang
memiliki sifat-sifat) demikian ialah Allah,
maka
mengapa kamu masih berpaling?
(QS.
Al-An'aam, 6:95)
Biji hanyalah satu dari
banyak tanda-tanda kekuasaan Allah yang diciptakan-Nya di alam semesta. Ketika
manusia mulai berpikir tidak hanya menggunakan akal, akan tetapi juga dengan
hati mereka, dan kemudian bertanya pada diri mereka sendiri pertanyaan "mengapa"
dan "bagaimana",
maka mereka akan sampai pada pemahaman bahwa seluruh alam semesta ini adalah
bukti keberadaan dan kekuasaan Allah SWT.
No comments :
Post a Comment