Nasihat Untuk Para Muslimah # 3




Nasihat Ibu Kepada Puterinya Yang Akan Bernikah

Dan ambillah teladan, wahai muslimah, dari kisah berikut ini. Kerana  kisah ini adalah  nasihat seorang ibu yang penuh ketulusan kepada puterinya. Ia juga bertutur kepada para anak perempuan yang bijak sebagaimana ia juga bertutur kepada setiap wanita yang sudah menikah. Dan kerana kisah inilah sebuah perumpamaan arab dibuat,

ما وراءك يا عاصم

“apa yang ada di belakangmu wahai ‘Ishom?”.

Abul Fadhl An Naisaburi dalam kitabnya “Majma’ul Amtsaal” berkata: “Maa waroo`aka yaa ‘Ishoom?” Al Mufadhdhol berkata: orang yang pertama kali mengucapkan perkataan ini adalah Al Harith bin ‘Amr, raja Kandah. Iaitu ketika ia mendapatkan kabar tentang kecantikan, kesempurnaan, dan kecerdasan puteri ‘Auf bin Mahlim asy Syaibani, ia memanggil seorang wanita dari Kandah yang dipanggil dengan nama ‘Ishoom; seorang wanita yang cerdas, pandai berbicara, serta tinggi budi bahasa dan sasteranya.
Raja berkata: “Pergilah sampai engkau dapat memberitahuku tentang hal ihwal puteri ‘Auf ini”. Maka ‘Ishoom pergi menemui ibu gadis itu, iaitu Umamah bintul Harith dan menyatakan maksud kedatangannya. Maka Umamah memberikan pesan kepada putrinya dan berkata: “Wahai anakku, ini adalah ibu saudaramu telah datang untuk melihatmu. Maka janganlah kamu tutupi wajahmu kalau ia ingin melihat wajah atau perilakumu. Dan bicaralah kalau ia mengajakmu berbicara”. ‘Ishoom pun masuk menemuinya. Maka ia melihat sesuatu yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Setelah itu ia keluar seraya berkata: “Tarokal khidaa’ man kasyafal qonaa’” (orang yang sudah menyingkap niqob, tidak akan tertipu). Ia membuat perkataan ini sebagai sebuah perumpamaan. Lalu ia pergi menemui Al Harith.
Ketika Al Harith melihatnya datang, ia berkata:

ما وراءك يا عاصم

“Apa yang ada di belakangmu wahai ‘Ishoom?” (maksudnya: khabar apa yang engkau bawa wahai ‘Ishoom?
Kemudian ‘Ishoom menceritakan keadaan dan akhlak puteri ‘Auf dengan ungkapan-ungkapan sastera yang menjelaskan kecantikan dan kebaikan gadis tersebut..

Lalu raja mengutus seorang utusan kepada ayah gadis itu dan menyampaikan lamarannya. Sang ayah menikahkan puterinya dengan raja. Mas kahwin pun dikirimkan. Dan puteri ‘Auf dipersiapkan hingga ketika ia hendak dibawa kepada suaminya, ibunya berkata:

“Wahai puteriku, kalaulah suatu wasiat tidak diberikan kerana orang yang diberi wasiat sudah sempurna akhlaknya, maka tentu wasiat ini tidak akan kuberikan kepadamu. Akan tetapi, ini sekadar peringatan orang yang lupa dan penyokong orang yang ingat. Kalaulah seorang wanita mampu untuk tidak memerlukan suami kerana kekayaan orang tuanya dan ia juga sangat diperlukan oleh keduanya, tentulah kamu orang yang paling tidak memerlukan suami. Akan tetapi wanita itu diciptakan untuk laki-laki dan laki-laki itu diciptakan untuk perempuan.”

“Wahai puteriku, sesungguhnya engkau akan berpisah dari lingkungan yang darinya engkau keluar, dan engkau akan meninggalkan sarang yang di dalamnya engkau membesar. Ke sebuah sarang yang belum pernah engkau tahu dan seorang pendamping yang tidak pernah engkau kenal. Maka ia dengan kerajaannya akan menjadi pengintai dan pengatur atas dirimu. Maka jadilah seorang hamba untuknya, nescaya dia akan menjadi seorang hamba dan orang yang baik untukmu.”

“Wahai puteriku, belajarlah dariku sepuluh sifat, maka sifat-sifat itu akan menjadi perbendaharaan dan kenangan untukmu:
(1) mendampingi dengan sifat qona’ah dan bergaul dengan penuh penerimaan dan ketaatan.
(2) Serta teliti dengan apapun yang dilihat suamimu dan awas dengan apapun yang diciumnya.
(3) Jangan sampai ia melihat dirimu dalam keadaan buruk dan jangan pula ia sampai mencium darimu kecuali aroma yang harum.
(4) Celak adalah sebaik-baik perhiasan dan air adalah sebaik-baiknya pengganti wangian.
(5) Kemudian bersiap diri pada saat makan dan tenang pada saat tidur. Kerana panasnya lapar akan mengobarkan rasa marah, dan membuat sulit tidur akan mendatangkan kekesalan.
(6) Lalu menjaga rumah dan hartanya, serta mengurusi diri, keluarga dan anak-anaknya. Kerana menjaga harta itu merupakan baiknya perhitungan. Dan mengurusi anak dan keluarga merupakan baiknya pengaturan.
(7) Dan jangan engkau sebarkan rahsianya, serta jangan engkau bangkang perintahnya. Kerana kalau engkau sebarkan rahsianya, engkau tidak akan aman dari penghianatannya. Sedangkan kalau engkau bangkang perintahnya, engkau akan mengobarkan amarahnya.
(8) Kemudian hindarilah dengan itu semua sikap bersuka cita ketika sedang bersedih. Dan sikap berduka cita ketika sedang bergembira. Kerana sifat yang pertama itu merupakan kelalaian. Sedangkan yang kedua akan membuat suasana menjadi keruh.
(9) Dan jadilah orang yang sedemikian mengagungkannya, maka dia akan menjadi orang yang sedemikian memuliakanmu. Dan juga jadilah orang yang sedemikian menurutinya, maka dia akan menjadi orang yang sedemikian lama mampu engkau dampingi.
(10) Dan ketahuilah bahwasanya engkau tidak akan dapat meraih apa yang engkau sukai sampai engkau mendahulukan keredhoannya di atas keredhoan dirimu sendiri dan mendahulukan keinginannya di atas keinginanmu sendiri dalam segala hal yang engkau sukai ataupun engkau benci. Dan semoga Allah Subhanahu wata’ala menjadikan baik semuanya untukmu.”

Lalu sang puteri itu pun dibawa dan diserahkan kepada raja. Dan ia mendapatkan kedudukan agung di sisi raja tersebut serta melahirkan untuknya tujuh orang yang kemudian menjadi raja Yaman selanjutnya.

No comments :

Post a Comment