Imunisasi dan Konspirasi di dalamnya.
Jika kita
merunut sejarah vaksin modern yang dilakukan oleh Flexner Brothers, kita dapat
menemukan bahwa kegiatan mereka dalam penelitian tentang vaksinasi pada manusia
didanai oleh Keluarga Rockefeller. Rockefeller sendiri adalah salah satu
keluarga Yahudi yang paling berpengaruh di dunia, dan mereka adalah bagian dari
Zionisme Internasional.
Kenyataannya,
mereka adalah pendiri WHO dan lembaga strategis lainnya :
The UN’s
WHO was established by the Rockefeller family’s foundation in 1948 – the year
after the same Rockefeller cohort established the CIA. Two years later the
Rockefeller Foundation established the U.S. Government’s National Science
Foundation, the National Institute of Health (NIH), and earlier, the nation’s
Public Health Service (PHS).
~ Dr. Leonard Horowitz dalam “WHO Issues H1N1 Swine Flu Propaganda”
~ Dr. Leonard Horowitz dalam “WHO Issues H1N1 Swine Flu Propaganda”
Wah hebat
sekali ya penguasaan mereka pada lembaga-lembaga strategis.
Dilihat
dari latar belakang WHO, jelas bahwa vaksinasi modern (atau kita menyebutnya
imunisasi) adalah salah satu campur tangan (Baca : konspirasi) Zionisme dengan
tujuan untuk menguasai dan memperbudak seluruh dunia dalam “New World Order”
mereka.
Apa Kata Para Ilmuwan Tentang Vaksinasi?
“Satu-satunya vaksin yang
aman adalah vaksin yang tidak pernah digunakan.”
~ Dr. James R. Shannon, mantan direktur Institusi Kesehatan Nasional Amerika
~ Dr. James R. Shannon, mantan direktur Institusi Kesehatan Nasional Amerika
“Vaksin menipu tubuh supaya
tidak lagi menimbulkan reaksi radang. Sehingga vaksin mengubah fungsi
pencegahan sistem imun.”
~ Dr. Richard Moskowitz, Harvard University
~ Dr. Richard Moskowitz, Harvard University
“Kanker pada dasarnya tidak
dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar mulai diperkenalkan. Saya telah
menghadapi 200 kasus kanker, dan tak seorang pun dari mereka yang terkena
kanker tidak mendapatkan vaksinasi sebelumnya.”
~ Dr. W.B. Clarke, peneliti kanker Inggris
~ Dr. W.B. Clarke, peneliti kanker Inggris
“Ketika vaksin dinyatakan
aman, keamanannya adalah istilah relatif yang tidak dapat diartikan secara
umum”.
~ dr. Harris Coulter, pakar vaksin internasional
~ dr. Harris Coulter, pakar vaksin internasional
“Kasus
polio meningkat secara cepat sejak vaksin dijalankan. Pada tahun 1957-1958
peningkatan sebesar 50%, dan tahun 1958-1959 peningkatan menjadi 80%.”
~ Dr. Bernard Greenberg, dalam sidang kongres AS tahun 1962
~ Dr. Bernard Greenberg, dalam sidang kongres AS tahun 1962
“Sebelum vaksinasi besar-besaran
50 tahun yang lalu, di negara itu (Amerika) tidak terdapat wabah kanker,
penyakit autoimun, dan kasus autisme.”
~ Neil Z. Miller, peneliti vaksin internasional
~ Neil Z. Miller, peneliti vaksin internasional
“Vaksin bertanggung jawab
terhadap peningkatan jumlah anak-anak dan orang dewasa yang mengalami gangguan
sistem imun dan syarat, hiperaktif, kelemahan daya ingat, asma, sindrom
keletihan kronis, lupus, artritis reumatiod, sklerosis multiple, dan bahkan
epilepsi. Bahkan AIDS yang tidak pernah dikenal dua dekade lalu, menjadi wabah
di seluruh dunia saat ini.”
~ Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika
~ Barbara Loe Fisher, Presiden Pusat Informasi Vaksin Nasional Amerika
“Tak masuk akal memikirkan
bahwa Anda bisa menyuntikkan nanah ke dalam tubuh anak kecil dan dengan proses
tertentu akan meningkatkan kesehatan. Tubuh punya cara pertahanan tersendiri
yang tergantung pada vitalitas saat itu. Jika dalam kondisi fit, tubuh akan
mampu melawan semua infeksi, dan jika kondisinya sedang menurun, tidak akan
mampu. Dan Anda tidak dapat mengubah kebugaran tubuh menjadi lebih baik dengan
memasukkan racun apapun juga ke dalamnya.”
~ Dr. William Hay, dalam buku “Immunisation: The Reality behind the Myth”
~ Dr. William Hay, dalam buku “Immunisation: The Reality behind the Myth”
Dan masih banyak lagi pendapat ilmuwan yang lainnya.
Dan
ternyata faktanya di Jerman para praktisi medis, mulai dokter hingga perawat,
menolak adanya imunisasi campak. Penolakan itu diterbitkan dalam “Journal of
the American Medical Association” (20 Februari 1981) yang berisi sebuah artikel
dengan judul “Rubella Vaccine in Susceptible Hospital Employees, Poor Physician
Participation”. Dalam artikel itu disebutkan bahwa jumlah partisipan terendah dalam
imunisasi campak terjadi di kalangan praktisi medis di Jerman. Hal ini terjadi
pada para pakar obstetrik, dan kadar terendah lain terjadi pada para pakar
pediatrik. Kurang lebih 90% pakar obstetrik dan 66% parak pediatrik menolak
suntikan vaksin rubella.
Lalu mengapa bisa hal itu terjadi? Apa rahasia di balik vaksin dan
imunisasi?
Menurut
pencarian saya tentang imunisasi yang telah saya lakukan sejak beberapa tahun
lalu. Saya berusaha mengaitkannya dengan metode ilmu genetik dalam Islam yang
sedikit telah saya pahami.
Vaksin
yang telah diproduksi dan dikirim ke berbagai tempat di belahan bumi ini
(terutama negara muslim, negara dunia ketiga, dan negara berkembang), adalah
sebuah proyek untuk mengacaukan sifat dan watak generasi penerus di
negara-negara tersebut.
Vaksin
tersebut dibiakkan di dalam tubuh manusia yang bahkan kita tidak ketahui sifat
dan asal muasalnya. Kita tau bahwa vaksin didapat dari darah sang penderita
penyakit yang telah berhasil melawan penyakit tersebut. Itu artinya dalam
vaksin tersebut terdapat DNA sang inang dari tempat virus dibiakkan tersebut.
Pernahkah
anda berpikir apabila DNA orang asing ini tercampur dengan bayi yang masih
dalam keadaan suci?
DNA
adalah berisi cetak biru atau rangkuman genetik leluhur-leluhur kita yang akan
kita warisi. Termasuk sifat, watak, dan sejarah penyakitnya.
Lalu apa
jadinya apabila DNA orang yang tidak kita tau asal usul dan wataknya bila
tercampur dengan bayi yang masih suci? Tentunya bayi tersebut akan mewarisi
genetik DNA sang inang vaksin tersebut.
Pernahkan
anda terpikir apabila sang inang vaksin tersebut dipilih dari orang-orang yang
terbuang, kriminal, pembunuh, pemerkosa, peminum alkohol, dan sebagainya?
Dari
banyak sumber yang saya dengar selama ini, penelitian tentang virus dilakukan
kepada para narapidana untuk menghemat biaya penelitian, atau malah mungkin hal
itu disengaja?
Zat-zat kimia berbahaya dalam vaksin.
Vaksin
mengandung substansi berbahaya yang diperlukan untuk mencegah infeksi dan
meningkatkan performa vaksin. Seperti merkuri, formaldehyde, dan aluminium,
yang dapat membawa efek jangka panjang seperti keterbelakangan mental, autisme,
hiperaktif. alzheimer, kemandulan, dll. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah anak
autis meningkat dari antara 200 – 500 % di setiap negara bagian di Amerika.
Babi dalam Vaksin.
Penggunaan
asam amino binatang babi dalam vaksin bukanlah berita yang baru. Bahkan kaum
Muslim dan Yahudi banyak yang menentang hal ini karena babi memang diharamkan,
seperti tertuang dalam Qur’an ayat berikut :
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi,
(daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang
terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang
sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi
nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir
telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut
kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk
kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai
Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa
sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Qs. Al-Maidah (5):3
Bahkan
dalam Perjanjian Lama (Taurat) juga disebutkan :
“Jangan makan babi. Binatang itu haram karena walaupun
kukunya terbelah, ia tidak memamah biak. Dagingnya tidak boleh dimakan dan bangkainya
pun tak boleh disentuh karena binatang itu haram.” Imamat 11 : 7-8
Lalu mengapa Allah mengharamkan Babi?
1. Asam Amino manusia yang hanya sedikit berbeda dari binatang
babi.
Asam
amino adalah salah satu penyusun protein pada makhluk hidup. Jika kita melihat
insulin pada manusia dan babi, maka hanya akan terpaut satu daripada babi.
Berikut penjelasannya :
Insulin manusia :
C256H381N65O76S6 MW=5807,7
Insulin babi : C257H383N65O77S6 MW=5777,6
Penjelasan : hanya 1 asam amino berbeda
Insulin manusia : C256H381N65O76S6 MW=5807,7
Insulin sapi : C254H377N65O75S6 MW=5733,6
Penjelasan : ada 3 asam amino berbeda
Insulin babi : C257H383N65O77S6 MW=5777,6
Penjelasan : hanya 1 asam amino berbeda
Insulin manusia : C256H381N65O76S6 MW=5807,7
Insulin sapi : C254H377N65O75S6 MW=5733,6
Penjelasan : ada 3 asam amino berbeda
Para
produsen vaksin mengatakan bahwa jika menggunakan asam amino babi, maka mereka
tidak memerlukan banyak proses penelitian lagi karena hanya terpaut satu asam
amino. Berbeda dengan sapi yang terpaut 3 asam amino.
“Secara
chemisty, DNA manusia dan babi hanya beda 3 persen. Aplikasi teknologi
transgenetika membuat organ penyusun tubuh babi akan semakin mirip dengan
manusia.”
~ Dr. Muladno, ahli genetika molekuler di Fakultas Peternakan IPB
~ Dr. Muladno, ahli genetika molekuler di Fakultas Peternakan IPB
Tapi
sayangnya mereka lupa jika asam aminonya hampir identik berarti sama saja kita
memakan daging manusia (kanibal), dan telah jelas bahwa kanibal dapat
menyebabkan penyakit-penyakit genetik yang tidak bisa disembuhkan, termasuk
penyakit syaraf dan lain-lain.
Di China,
terdapat sebuah desa yang gemar memakan daging manusia yang melintas di
desanya, yang kemudian digunakan untuk sebuah perayaan. Mereka mengatakan bahwa
rasa daging manusia mirip dengan rasa daging babi.
2. Sifat babi yang buruk dapat menurun kepada manusia yang
memakannya.
Seorang
Imam Muslim bersama kawannya orang barat pernah melakukan test kepada 3 ekor
babi dan 3 ekor ayam, masing masing adalah 2 jantan dan 1 betina. Dan hasilnya
adalah :
Ketika 2
ekor ayam jantan dan 1 ayam betina dilepas, maka 2 ayam jantan tersebut
bertarung hingga satu tewas/kalah untuk merebutkan betina. Namun apa yang
terjadi ketika 2 ekor babi jantan dan 1 ekor babi betina dilepas ? ternyata
babi jantan yang satu membantu yang lain untuk melaksanakan hajat seksualnya
pada si betina.
Dan sang Imam
berkata, “Inilah ! Daging babi itu membunuh ‘ghirah’ (rasa cemburu)
orang yang memakannya dan ini terjadi pada kaum kalian.”
Beberapa
penelitian di barat juga banyak yang menyatakan bahwa memakan babi dapat
mempengaruhi watak, resiko perselingkuhan, dan hasrat seksual yang melebihi
ambang batas kewajaran sebagai manusia.
3. Tubuh babi dapat mengubah virus jinak menjadi ganas.
Babi
memiliki berbagai reseptor dalam tubuhnya yang dapat menjadikan virus jinak
yang masuk ke dalam tubuh babi kemudian keluar dalam keadaan ganas, diantaranya
reseptor yang sangat dikenal para ilmuwan adalah reseptor alfa 2,6 sialic
acid untuk mengikat influenza manusia dan 2,3 sialic acid untuk mengikat virus
influenza unggas. Virus-virus yang terikat ke dalam reseptor tersebut kemudian
dapat berubah menjadi ganas. Selain itu reseptor-reseptor itu juga dapat
mengikat dua jenis virus yang memiliki sifat yang berbeda, untuk kemudian di
mixing menjadi satu virus ganas yang memiliki 2 sifat.
4. Banyaknya penyakit dalam tubuh Babi
Kita
sudah mengetahui sejak Sekolah Dasar dahulu bahwa babi mengandung cacing pita
yang sangat berbahaya. Cacing pita bahkan dapat mengganggu sistem syaraf dan
dapat masuk hingga otak manusia. Selain cacing pita masih banyak penyakit
lainnya yang disebabkan oleh babi melalui bakteri, karena kebiasaannya yang
senang memakan kotoran, bahkan kotorannya sendiri.
5. Sifat aneh babi lainnya.
“Babi mempunyai sifat kembar antara binatang buas dan binatang
jinak. Sifatnya yang menyerupai binatang buas adalah karena ia bertaring dan
suka makan bangkai, sedangkan sifatnya yang menyerupai binatang jinak ialah
karena ia berceracak dan makan rumput serta dedaunan lainnya.
Babi memiliki syahwat yang amat kuat, hingga pada saat ia kawin
(bersetubuh), pejantan bertengger di atas betinanya yang berjalan bermil-mil
jauhnya. Pejantannya mengejar-ngejar betina demikian kasar hingga terjadi
perkelahian yang mungkin menewaskan salah satu atau menewaskan kedua-duanya.
Satu kali mengandung, babi betina dapat melahirkan dua puluh ekor
anak. Pejantan mulai kawin bila telah berumur 8 bulan, sedangkan betinanya
mulai melahirkan bila telah mencapai umur 6 bulan. Di beberapa negeri, babi
kawin pada umur 4 bulan, betinanya mulai bunting setelah dikawini dan akan
melahirkan setelah bunting selama enam atau tujuh bulan. Babi betina yang telah
mencapai umur 15 tahun tidak dapat beranak. Jenis binatang ini adalah yang
paling banyak mempunyai keturunan. Babi jantan merupakan binatang jantan yang
paling tahan lama bertengger di atas betinanya (kawin).
Yang mengherankan, jika sebelah matanya dicungkil ia segera mati.
Babi memiliki kesamaan dengan manusia, yaitu kulitnya tidak dapat dikelupas
kecuali jika dipotong lebih dulu daging yang berada di bawahnya.”
~ Kamal
al-Din Muhammad ibn Musa al-Damiri, dalam Kitabul-Hayawan Al-Kubra
Bencana akibat vaksin yang tidak pernah dipublikasikan.
·
Di Amerika pada tahun 1991 – 1994 sebanyak 38.787 masalah
kesehatan dilaporkan kepada Vaccine Adverse Event Reporting System (VAERS) FDA.
Dari jumlah ini 45% terjadi pada hari vaksinasi, 20% pada hari berikutnya dan
93% dalam waktu 2 mgg setelah vaksinasi. Kematian biasanya terjadi di kalangan
anak anak usia 1-3 bulan.
·
Pada 1986 ada 1300 kasus pertusis di Kansas dan 90% penderita
adalah anak-anak yang telah mendapatkan vaksinasi ini sebelumnya. Kegagalan
sejenis juga terjadi di Nova Scotia di mana pertusis telah muncul sekalipun
telah dilakukan vaksinasi universal.
·
Jerman mewajibkan vaksinasi tahun 1939. Jumlah kasus dipteri naik
menjadi 150.000 kasus, di mana pada tahun yang sama, Norwegia yang tidak
melakukan vaksinasi, kasus dipterinya hanya sebanyak 50 kasus.
·
Penularan polio dalam skala besar, menyerang anak-anak di Nigeria
Utara berpenduduk muslim. Hal itu terjadi setelah diberikan vaksinasi polio,
sumbangan AS untuk penduduk muslim. Beberapa pemimpin Islam lokal menuduh
Pemerintah Federal Nigeria menjadi bagian dari pelaksanaan rencana Amerika
untuk menghabiskan orang-orang Muslim dengan menggunakan vaksin.
·
Tahun 1989-1991 vaksin campak ”high titre” buatan Yugoslavia
Edmonton-Zagreb diuji coba pada 1500 anak-anak miskin keturunan orang hitam dan
latin, di kota Los Angeles, Meksiko, Haiti dan Afrika. Vaksin tersebut sangat
direkomendasikan oleh WHO. Program dihentikan setelah di dapati banyak
anak-anak meninggal dunia dalam jumlah yang besar.
·
Vaksin campak menyebabkan penindasan terhadap sistem kekebalan
tubuh anak-anak dalam waktu panjang selama 6 bulan sampai 3 tahun. Akibatnya
anak-anak yang diberi vaksin mengalami penurunan kekebalan tubuh dan meninggal
dunia dalam jumlah besar dari penyakit-penyakit lainnya WHO kemudian menarik
vaksin-vaksin tersebut dari pasar di tahun 1992.
·
Setiap program vaksin dari WHO di laksanakan di Afrika dan Negara-negara
dunia ketiga lainnya, hampir selalu terdapat penjangkitan penyakit-penyakit
berbahaya di lokasi program vaksin dilakukan. Virus HIV penyebab Aids di
perkenalkan lewat program WHO melalui komunitas homoseksual melalui vaksin
hepatitis dan masuk ke Afrika tengah melalui vaksin cacar.
·
Desember 2002, Menteri Kesehatan Amerika, Tommy G. Thompson
menyatakan, tidak merencanakan memberi suntikan vaksin cacar. Dia juga
merekomendasikan kepada anggota kabinet lainnya untuk tidak meminta
pelaksaanaan vaksin itu. Sejak vaksinasi massal diterapkan pada jutaan bayi,
banyak dilaporkan berbagai gangguan serius pada otak, jantung, sistem
metabolisme, dan gangguan lain mulai mengisi halaman-halaman jurnal kesehatan.
·
Kenyataannya vaksin untuk janin telah digunakan untuk memasukan
encephalomyelitis, dengan indikasi terjadi pembengkakan otak dan pendarahan di
dalam. Bart Classen, seorang dokter dari Maryland, menerbitkan data yang
memperlihatkan bahwa tingkat penyakit diabetes berkembang secara signifikan di
Selandia Baru, setelah vaksin hepatitis B diberikan secara massal di kalangan
anak-anak.
·
Melaporkan bahwa, vaksin meningococcal merupakan ”Bom waktu bagi
kesehatan penerima vaksin.”
·
Anak-anak di Amerika Serikat mendapatkan vaksin yang berpotensi
membahayakan dan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Berbagai macam
imunisasi misalnya, Vaksin-vaksin seperti Hepatitis B, DPT, Polio, MMR,
Varicela (Cacar air) terbukti telah banyak memakan korban anak-anak Amerika
sendiri, mereka menderita kelainan syaraf, anak-anak cacat, diabetes, autis,
autoimun dan lain-lain.
·
Vaksin cacar dipercayai bisa memberikan imunisasi kepada
masyarakat terhadap cacar. Pada saat vaksin ini diluncurkan, sebenarnya kasus
cacar sudah sedang menurun. Jepang mewajibkan suntikan vaksin pada 1872. Pada
1892, ada 165.774 kasus cacar dengan 29.979 berakhir dengan kematian walaupun
adanya program vaksin.
·
Pemaksaan vaksin cacar, di mana orang yang menolak bisa
diperkarakan secara hukum, dilakukan di Inggris tahun 1867. Dalam 4 tahun,
97.5& masyarakat usia 2 sampai 50 tahun telah divaksinasi. Setahun kemudian
Inggris merasakan epidemik cacar terburuknya dalam sejarah dengan 44.840
kematian. Antara 1871 – 1880 kasus cacar naik dari 28 menjadi 46 per 100.000
orang. Vaksin cacar tidak berhasil.
·
Dan masih banyak lagi.
Mengapa vaksin gagal melindungi terhadap penyakit?
Walene
James, pengarang buku Immunization: the Reality Behind The Myth,
mengatakan respon inflamatori penuh diperlukan untuk menciptakan kekebalan
nyata.
Sebelum
introduksi vaksin cacar dan gondok, kasus cacar dan gondok yang menimpa anak-anak
adalah kasus tidak berbahaya. Vaksin “mengecoh” tubuh sehingga tubuh kita tidak
menghasilkan respon inflamatory terhadap virus yang diinjeksi.
SIDS
(Sudden Infant Death Syndrome) naik dari 0.55 per 1000 orang di 1953 menjadi
12.8 per 1000 pada 1992 di Olmstead County, Minnesota. Puncak kejadian SIDS
adalah umur 2 – 4 bulan, waktu di mana vaksin mulai diberikan kepada bayi. 85%
kasus SIDS terjadi di 6 bulan pertama bayi. Persentase kasus SIDS telah naik
dari 2.5 per 1000 menjadi 17.9 per 1000 dari 1953 sampai 1992. Naikan kematian
akibat SIDS meningkat pada saat hampir semua penyakit anak-anak menurun karena
perbaikan sanitasi dan kemajuan medikal kecuali SIDS.
Kasus
kematian SIDS meningkat pada saat jumlah vaksin yang diberikan kepada balita
naik secara meyakinkan menjadi 36 per anak.
Dr. W.
Torch berhasil mendokumentasikan 12 kasus kematian pada anak-anak yang terjadi
dalam 3,5 – 19 jam paska imunisasi DPT. Dia kemudian juga melaporkan 11 kasus
kematian SIDS dan satu yang hampir mati 24 jam paska injeksi DPT. Saat dia
mempelajari 70 kasus kematian SIDS, 2/3 korban adalah mereka yang baru
divaksinasi mulai dari 1,5 hari sampai 3 minggu sebelumnya.
Tidak ada
satu kematian pun yang dihubungkan dengan vaksin. Vaksin dianggap hal yang
mulia dan tidak ada pemberitaan negatif apapun mengenai mereka di media utama
karena mereka begitu menguntungkan bagi perusahaan farmasi.
Ada
alasan yang valid untuk percaya bahwa vaksin bukan saja tak berguna dalam
mencegah penyakit, tetapi mereka juga kontraproduktif karena melukai sistem
kekebalan yang meningkatkan resiko kanker, penyakit kekebalan tubuh, dan SIDS
yang menyebabkan cacat dan kematian.
Lalu adakah imunisasi yang benar menurut Islam?
Ada!
Bahkan Rasulullah sendiri yang mengajarkan dan merekomendasikannya.
Imam Bukhari dalam Shahih-nya men-takhrij hadits dari Asma’ binti
Abi Bakr
Dari Asma’ binti Abu Bakr bahwa dirinya ketika sedang mengandung
Abdullah ibn Zubair di Mekah mengatakan, “Saya keluar dan aku sempurna hamilku
9 bulan, lalu aku datang ke madinah, aku turun di Quba’ dan aku melahirkan di
sana, lalu aku pun mendatangi Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, maka
beliau Shalallaahu alaihi wasalam menaruh Abdullah ibn Zubair di dalam
kamarnya, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam meminta kurma lalu mengunyahnya,
kemudian beliau Shalallaahu alaihi wasalam memasukkan kurma yang sudah lumat
itu ke dalam mulut Abdullah ibn Zubair. Dan itu adalah makanan yang pertama
kali masuk ke mulutnya melalui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, kemudian
beliau men-tahnik-nya, lalu beliau Shalallaahu alaihi wasalam pun
mendo’akannya dan mendoakan keberkahan kepadanya.
Dalam
shahihain -Shahih Bukhari dan Muslim- dari Abu Musa Al-Asy’ariy, “Anakku lahir,
lalu aku membawa dan mendatangi Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam, lalu
beliau Shalallaahu alaihi wasalam memberinya nama Ibrahim dan kemudian men-tahnik-nya
dengan kurma.” dalam riwayat Imam Bukhari ada tambahan: “maka beliau SAW
mendoakan kebaikan dan memdoakan keberkahan baginya, lalu menyerahkan kembali
kepadaku.”
Ibu saya
pernah mengatakan bahwa bayi dilahirkan dalam keadaan kekurangan glukosa.
Bahkan apabila tubuhnya menguning, maka bayi tersebut dipastikan membutuhkan
glukosa dalam keadaan yang cukup untuknya. Bobot bayi saat lahir juga
mempengaruhi kandungan glukosa dalam tubuhnya.
Pada
kasus bayi prematur yang beratnya kurang dari 2,5 kg, maka kandungan zat
gulanya sangat kecil sekali, dimana pada sebagian kasus malah kurang dari 20
mg/100 ml darah. Adapun anak yang lahir dengan berat badan di atas 2,5 kg maka
kadar gula dalam darahnya biasanya di atas 30 mg/100 ml.
Kadar
semacam ini berarti (20 atau 30 mg/100 ml darah) merupakan keadaan bahaya dalam
ukuran kadar gula dalam darah.
Hal ini
bisa menyebabkan terjadinya berbagai penyakit, seperti bayi menolak untuk
menyusui, otot-otot bayi melemas, aktivitas pernafasan terganggu dan kulit bayi
menjadi kebiruan, kontraksi atau kejang-kejang.
Terkadang
bisa juga menyebabkan sejumlah penyakit yang berbahaya dan lama, seperti
insomnia, lemah otak, gangguan syaraf, gangguan pendengaran, penglihatan, atau
keduanya.
Apabila
hal-hal di atas tidak segera ditanggulangi atau diobati maka bisa menyebabkan
kematian. Padahal obat untuk itu adalah sangat mudah, yaitu memberikan zat gula
yang berbentuk glukosa melalui infus, baik lewat mulut, maupun pembuluh darah.
Mayoritas
atau bahkan semua bayi membutuhkan zat gula dalam bentuk glukosa seketika
setelah lahir, maka memberikan kurma yang sudah dilumat bisa menjauhkan sang
bayi dari kekurangan kadar gula yang berlipat-lipat.
Disunnahkannya
tahnik kepada bayi adalah obat sekaligus tindakan preventif yang memiliki
fungsi penting, dan ini adalah mukjizat kenabian Muhammad SAW secara medis
dimana sejarah kemanusiaan tidak pernah mengetahui hal itu sebelumnya, bahkan
kini manusia tahu bahayanya kekurangan kadar glukosa dalam darah bayi.
Tahnik
sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang beriman kepada Allah, atau dapat pula
dilakukan ayah atau ibu sang bayi.
No comments :
Post a Comment